London (Waspada Aceh) – Sejumlah organisasi lingkungan internasional mendesak Organisasi Maritim Internasional (IMO) untuk tidak memasukkan biofuel dalam kebijakan Kerangka Net-Zero.
Mereka menilai penggunaan biofuel justru dapat memperburuk krisis iklim karena mendorong deforestasi dan emisi tinggi akibat perubahan penggunaan lahan.
Dikutip dari berbagai sumber, desakan ini disampaikan Biofuelwatch, Forest Watch Indonesia (FWI), dan Global Forest Coalition menyusul keputusan IMO menunda adopsi resmi Kerangka Net-Zero hingga 2026.
Meski demikian, pembahasan soal insentif energi bersih tetap berlangsung pekan ini di London. Ketiga organisasi meminta IMO memastikan bahan bakar dengan emisi tak langsung tinggi (ILUC) seperti sawit dan kedelai tidak masuk dalam kategori energi “hijau”.
“Biofuel bukan solusi berkelanjutan dalam kondisi apa pun. Dorongan terhadap biofuel berbasis tanaman telah mempercepat deforestasi dan menggusur masyarakat dari tanah mereka,” ujar Jana Uemura, Juru Kampanye Iklim Global Forest Coalition, Selasa (21/10/2025).
Pernyataan serupa disampaikan Anggi Putra Prayoga dari FW. Ia menegaskan, menolak biofuel berarti melindungi hutan tropis penyerap karbon alami dan rumah bagi keanekaragaman hayati dunia.
Para aktivis mencontohkan ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang terus mendorong kehilangan hutan, bahkan di kawasan lindung.
“Kehilangan hutan tidak hanya memperburuk emisi, tetapi juga mengancam kehidupan masyarakat adat yang bergantung pada sumber daya hutan,” kata Anggi.
Biofuel berbasis limbah seperti minyak jelantah (UCO) pun dianggap tidak mampu menjawab tantangan energi bersih karena pasokannya terbatas dan sudah dimanfaatkan di sektor transportasi darat.
Riset menunjukkan, pasokan global minyak limbah hanya dapat memenuhi sekitar 5 persen kebutuhan energi pelayaran dunia.
“Ilmu sudah jelas. Biofuel, baik dari tanaman maupun limbah, tidak memberikan pengurangan emisi nyata. IMO memiliki peluang bersejarah untuk mendorong sektor pelayaran menuju solusi energi bersih yang benar-benar nol emisi,” ujar Pax Butchart, Juru Kampanye Biofuel dari Biofuelwatch.
Aktivis menilai IMO sebaiknya fokus pada solusi berkelanjutan lain seperti efisiensi energi, pemanfaatan tenaga angin, serta pengurangan permintaan transportasi maritim global.
Mereka mengingatkan, sejumlah kebijakan internasional seperti Uni Eropa dan ICAO sudah lebih dulu membatasi biofuel ber-ILUC tinggi dan IMO tak boleh tertinggal dalam langkah perlindungan iklim global. (*)