Senin, Desember 29, 2025
spot_img
BerandaAcehAkses Lumpuh, Relawan Tempuh Jalur Sungai Antar Bantuan ke Pante Kera Aceh...

Akses Lumpuh, Relawan Tempuh Jalur Sungai Antar Bantuan ke Pante Kera Aceh Timur

Kualasimpang (Waspada Aceh) – Akses darat yang rusak parah, memaksa para relawan menempuh jalur sungai untuk menjangkau Desa Pante Kera, Kecamatan Simpang Jernih, Aceh Timur.

Dari Desa Batu Bedulang, Kecamatan Bandar Pusaka, Aceh Tamiang, para relawan hanya bisa menggunakan perahu untuk mengirimkan bantuan ke Pante Kera, pada Kamis (25/12/2025).

Cahyo Pramono, relawan dari Yayasan Tangan Kanan, yang bergabung dalam AQL Peduli, mengatakan perjalanan menuju Pante Kera penuh tantangan. Selain jarak yang jauh, kondisi jalan menuju Batu Bedulang, sebelum naik perahu ke Pante Kera, masih sangat licin akibat lumpur sisa banjir bandang. Tapi sebaliknya bila musim kering, maka kawasan ini diselimuti debu.

Sewaktu para relawan melintas daerah Batu Bedulang, Aceh Tamiang, lewat darat, kondisi sedang kering sehingga sangat berdebu. “Kita harus jalan pelan-pelan untuk menghindari debu beterbangan. Kasihan sama pengungsi yang kena hujan debu setiap kendaraan lewat,” tutur Cahyo kepada Waspada Aceh, Senin (29/12/2025).

Ketika sampai di kampung Pante Kera, para relawan sebenarnya ingin membantu membersihkan rumah warga, tapi apa yang mau dibersihkan? “Rumah-rumah di sini sudah habis tersapu banjir bandang. Tersisa tinggal tapaknya. Hampir semuanya rusak, kecuali satu masjid yang masih berdiri,” ujar Cahyo.

Pante Kera sendiri berada di kawasan yang diapit dua sungai besar. Di sebelah timur mengalir Sungai Jernih, sementara di sisi barat terdapat alur Sungai Tamiang yang airnya cenderung keruh. Pertemuan dua aliran inilah yang membuat wilayah itu dikenal dengan nama Simpang Jernih.

Ironisnya, akses menuju desa tersebut juga dipenuhi hamparan kayu-kayu gelondongan berukuran besar. Batang kayu yang hanyut dari hulu sungai itu menumpuk dan menutup kawasan itu. Setelah disingkirkan ke kiri dan kanan jalan, barulah kendaraan dan pejalan kaki dapat melintas.

Puing-puing barang yang tersisa dari rumah para lorban banjir bandang di Pante Kera, Aceh Timur. (Foto/Cahyo Pramono)

Warga setempat menyebut kayu-kayu tersebut hanyut dari kawasan hulu sungai di wilayah Lokop, Gayo Lues, hingga Bener Meriah.

Cahyo menjelaskan, saat ini seluruh akses utama menuju Pantai Kera praktis terputus. Dua jembatan gantung—Jembatan Sungai Jernih dan Jembatan Gantung Baling Karang—dilaporkan hancur diterjang banjir. Padahal salah satunya baru sekitar enam bulan digunakan. Sementara itu, getek penyeberangan juga hanyut terbawa arus.

“Satu-satunya cara masuk sekarang hanya lewat sungai, menggunakan perahu dari bawah bekas Jembatan Gantung Baling Karang. Perjalanan naik perahu sekitar 40 menit melawan arus, pulangnya sekitar 30 menit,” katanya.

Dari Pos AQL Peduli di Kuala Simpang menuju titik penyeberangan Baling Karang berjarak sekitar 46,6 kilometer. Meski di peta digital terlihat hanya membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam, kenyataannya perjalanan bisa memakan waktu hingga tiga jam akibat banyaknya jalan rusak dan perkampungan korban banjir yang harus dilalui.

Menurut Cahyo, seluruh rumah warga di Pantai Kera terdampak banjir bandang. Saat kejadian, warga menyelamatkan diri ke bukit dengan membawa terpal biru seadanya untuk dijadikan atap sementara.

“Semua warga naik ke bukit. Sekarang mereka mulai membuat gubuk-gubuk darurat dari sisa papan dan seng rumah yang tersisa,” ujarnya.

Ia menambahkan, bantuan kemanusiaan sudah mulai berdatangan. Saat tim relawan tiba, terlihat sekelompok anak muda dari Binjai yang bergotong royong membersihkan masjid.

Satu regu TNI juga baru saja menyelesaikan kegiatan pembersihan masjid, serta sebuah tenda BNPB berwarna oranye yang dipasang pada pagi hari sebelum relawan datang.

Hingga kini, kondisi listrik di desa tersebut masih padam. Warga bertahan di tengah keterbatasan, berharap akses dan bantuan segera dapat dipulihkan secara berkelanjutan. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER