Takengon (Waspada Aceh) – Akses ke Aceh Tengah mulai terbuka melalui ruas jalan darat KKA. Walau medanya masih berat dan diberlakukan sistem buka tutup di ruas jalan berlumpur tersebut, hubungan dari Takengon ke Bener Meriah menuju Lhokseumawe sudah dapat dilalui oleh masyarakat.
Alat berat tetap bekerja penuh di ruas jalan bermasalah itu. Bukan hanya alat berat dari Pemerintah Daerah (Pemda) Bener Meriah dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh, pihak swasta serta Pemda Aceh Tengah juga mengerahkan peralatan miliknya untuk mempercepat terbukanya akses jalan.
“Walau untuk sementara masih diberlakukan buka tutup, demi memperlancar pekerjaan. Untuk masyarakat terpaksa harus antri, karena ruas jalan ini baru dibuka pukul 17.00 WIB,” sebut Safri, salah seorang pengguna ruas jalan tersebut, Kamis (18/12/2025).
Menurutnya, kenderaan roda dua sudah bisa melintas meskipun jalan masih berlumpur. Demikian juga dengan kenderaan roda empat, khususnya jenis 4×4 yang sudah dapat melewati ruas jalan tersebut.
Terbukanya ruas jalan itu telah membuat pedagang mulai menjaja sembako di seputaran kota Takengon dan pusat keramaian, sehingga pasar dadakan bermunculan. Namun harganya masih tinggi, jauh dari harga normal.
Pantauan Waspada di seputaran kota Takengon, Kamis (18/12/2025), menunjukkan bahwa beras 15 kilogram merek kelinci sudah ada yang menjual dengan harga Rp300 ribu per sak. Sebulan sebelumnya, beras sangat sulit didapat dan harganya bahkan mencapai Rp400 ribu per sak.
Memasuki hari ke-23 bencana banjir longsor di Aceh Tengah, harga telur 30 butir (satu papan) sudah dapat dibeli dengan Rp 110 ribu, sedangkan beberapa hari yang lalu harganya mencapai Rp150 ribu per papan.
Ketika jalan masih bermasalah, harga BBM Pertamax yang dilansir dari Aceh Utara mencapai Rp80 ribu per liter. Dengan semakin terbukanya ruas jalan berlumpur tersebut, harga Pertamax kini berada di kisaran Rp28 ribu – Rp30 ribu per liter.
Satu butir kelapa yang besar harganya mencapai Rp30.000, sedangkan untuk ukuran kecil dan sedang harganya mengalami sedikit variasi. Demikian juga kebutuhan pokok lainnya yang semuanya harga melambung. Sementara itu, harga hasil pertanian Aceh Tengah seperti cabai di pasaran hanya Rp15.000 per kilogram.
Kini muncul pula pasar dadakan. Pasar dadakan ini bukan hanya menjual beragam kebutuhan pokok, namun banyak juga yang menjual kayu bakar, mengingat sejak musibah warga sulit mendapatkan gas elpiji dan sudah mulai menggunakan kayu bakar untuk keperluan memasak.
Aceh Tengah masuk dalam daerah terparah musibah banjir bandang yang melanda Provinsi Aceh. Dari data yang berhasil didapat Waspada dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tengah, Kamis (18/12/2025), tercatat 24 orang meninggal dunia dan 4 orang lain dinyatakan hilang tertimbun sapuan banjir.
Hingga kini, masih ada 80 kampung yang terisolir. Jumlah korban yang mengalami luka berat mencapai 6 orang dan luka ringan 52 orang. Sebanyak 234 ribu jiwa warga Aceh Tengah terkena dampak musibah, dengan tingkat kerusakan menyeluruh di setiap kecamatan.
Terdapat 4.133 rumah yang hancur, serta puluhan ribu hektar perkebunan, sawah dan hortikultura yang mengalami kerusakan.
Menurut Kepala BPBD Aceh Tengah Andalika, menjawab Waspada, data tersebut akan mengalami perubahan, khususnya tentang jumlah fasilitas yang hancur, baik itu perkebunan masyarakat, rumah, maupun sarana lainnya. “Data yang masuk sementara nantinya akan diverifikasi ulang untuk memastikan data yang kongkrit, data ini belum final, setiap harinya ada perubahan,” jelasnya.
Dijelaskannya, jalan kabupaten yang rusak mencapai 83 unit, jembatan yang terputus 56 unit, dan irigasi yang rusak mencapai 317.980 meter persegi. Jalan lingkungan yang rusak mencapai 78.495 meter, perkebunan masyarakat yang terkena dampak 12.713,83 hektare, serta rumah ibadah (masjid dan mesjid) yang rusak mencapai 78 unit.
Jumlah pengungsi pada titik pengungsian mencapai 37.428 jiwa, tersebar di 84 titik pengungsian. Ada lima ruas jalan nasional, 81 ruas jalan kabupaten, dan 7 ruas jalan provinsi yang terputus menuju kabupaten Aceh Tengah. Selain itu, 255 tiang listrik juga roboh.
Menurut Andalika, Pemerintah daerah dan berbagai pihak yang terlibat dalam penangangan musibah, termasuk para relawan, senantiasa terus membantu para korban musibah, terutama yang berada di kawasan terisolir. Pemerintah juga berjuang membuka ruas jalan yang terisolir, minimal dapat dilalui kenderaan roda dua. Pihaknya dan relawan juga sudah menyalurkan sembako dan kebutuhan mendesak, bukan hanya kepada para pengungsi, namun juga mereka yang terdampak musibah.
“Setiap harinya semuanya bergerak, walau mereka yang bergerak ini tertimpa musibah dan terkena dampaknya, namun tetap memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, agar terbebas dari situasi darurat ini,” jelas Andalika.
Dengan terbukanya ruas jalan KKA dan sudah dapat dilalui jalan Buetong menuju Nagan Raga, masyarakat Aceh Tengah sudah dapat membeli kebutuhan pokok, walau jarak jauh dan medan jalanya masih berat serta belum kembali normal. (*)



