Minggu, November 24, 2024
spot_img
BerandaOpiniAdat, Agama dan Percepatan Pembangunan di Madina

Adat, Agama dan Percepatan Pembangunan di Madina

“Alumni Pesantren Musthafawiyah banyak bertebaran di seluruh Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh, Riau, dan Jambi”

—-‐——-‐

Catatan: Sihono HT

Mandailing Natal (Madina) dikenal sebagai :Serambi Mekah” nya Sumatera Utara (Sumut). Kabupaten paling ujung di Sumut yang penduduknya mayoritas beragama Islam ini masih tetap menjalankan adat istiadat Batak Mandailing, taat melaksanakan syariat Islam.

Madina kini sedang memacu percepatan pembangunan di berbagai bidang, khususnya pendidikan, kesehatan, dan transportasi.

Ketika penulis berkunjung ke Madina selama tiga hari, Sabtu-Senin, 18 – 20 Maret 2023, merasakan denyut nadi Kota Panyabungan sebagai ibu kota Madina, yang diwarnai nuansa adat Mandailing dan religiusitas umat Muslim. Masyarakat setempat masih menjalankan upacara atau prosesi adat istiadat Mandailing dan taat beribadah sesuai syariat Islam.

Pada Sabtu malam (18/3/2023), penulis berkesempatan menghadiri acara Manarimo Tuor di Panyabungan, Madina. Kebetulan malam itu ada seserahan mahar dari orangtua calon pengantin pria asal Yogyakarta kepada orangtua calon pengantin perempuan asli Mandailing Natal. Calon pengantin pria bernama Abdul Aziz Bagaskara dan calon pengantin perempuan Anggita Mahyudani Rangkuti. Keduanya alumni Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta.

Prosesi Patibal Sere dan Manjahit Tuor, dipimpin ketua adat setempat Kholid Nasution. Selain ketua adat ada tiga pihak lagi yang hadir pada acara penyerahan dan penerimaan mahar, yakni mora Mhd Idris, kahanggi Safran Rangkuti dan anak boru Derlan Batubara.

Acara patibal sere dan manjahit tuor diawali dengan jamuan makan Marsipulut. Makanan ini terdiri dari ketan dan inti. Cara makannya tidak pakai sendok, tetapi pakai tangan langsung, sehingga makanannya mudah melekat di jari-jari tangan.

“Makanan Marsipulut ini wajib disediakan setiap mengawali acara manarimo tuor. Makanan yang ‘pliket’ atau mudah melekat di jari-jari tangan itu menyiratkan arti mempererat jalinan keluarga antara pihak keluarga temanten pria dan temanten perempuan,” ujar Kepala TU RSUD Madina, Evidesvita.

Urutan prosesinya, kahanggi dan anak boru menyampaikan ke raja, kalau ada yang mau meminang Anggita Mahyudani Rangkuti. Orangtua dan rombongan calon pengantin pria akan memberikan mahar dan sekaligus menentukan tanggal dan hari akad nikah.

Pada prosesi manarimo tuor itu terjadi dialog antar keempat pihak, ketua adat, mora, kahanggi, dan anak boru. Intinya, meminta penjelasan apa benar ada pihak yang mau meminang putri yang bermarga Rangkuti. Nilai maharnya berapa dan selanjutnya dicek oleh tetua adat, apa benar dan sesuai dengan yang disampaikan.

Prosesi seserahan mahar bisa berlangsung larut malam. Apalagi jika jalannya musyawarah alot. Tapi jika proses kesepakatan berjalan lancar, acara adat istiadat ini biasa selesai pukul 24.00 WIB. Kemudian dilanjutkan dengan makan bersama ala masyarakat Mandailing Natal.

Pesantren Musthafawiyah Pencetak Ulama

Memasuki wilayah Kabupaten Madina, penulis dikejutkan dengan bentuk rumah-rumah kecil mirip gubuk yang berada di pinggir jalan lintas. Bangunan itu mirip dengan tempat lumbung padi di Jawa. Ternyata bangunan rumah kecil yang terbuat dari papan kayu itu untuk tidur para santri Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru.

Ponpes Musthafawiyah didirikan 12 November 1912 oleh Syeikh Musthafa Husein Al-Mandili ini merupakan pesantren tertua di Pulau Sumatera. Pesantren yang berlokasi di Desa Purba Baru, lembah Gunung Sorik Merapi, Madina, telah banyak mencetak ulama di Indonesia. Kini pesantren yang sudah berusia satu abad lebih itu, dipimpin oleh H. Bakri bin Abdullah bin Musthafa bin Husein bin Umar Nasution.

Para alumni Pesantren Musthafawiyah banyak bertebaran di seluruh Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh, Riau, dan Jambi. Di antara mereka ada juga yang melanjutkan studi di Mesir, Suriah, Yordania, Yaman, India, Makkah, Maroko, Sudan, dan Pakistan.

Keberadaan Ponpes Musthafawiyah semakin menegaskan bahwa Madina merupakan wilayah kabupaten pencetak ulama besar atau tokoh agama Islam di Indonesia. Di kabupaten ini terdapat sejumlah masjid yang megah, salah satunya Masjid Agung Madina.

Prioritas Pembangunan

Sebagai salah satu kabupaten di Sumatera Utara, yang menorehkan sejumlah tokoh nasional, saat ini Madina terus diupayakan untuk mempercepat pembangunan. Salah satu tokoh nasional yang mendorong upaya percepatan pembangunan di Madina adalah Prof Todung Mulya Lubis. Kebetulan Prof Todung, perantau asal Madina, sekarang menjabat sebagai Ketua Tim Percepatan Pembangunan Daerah (TP2D).

Usai berkunjung dua hari ke Madina, Prof Todung Mulya Lubis memaparkan TP2D memprioritaskan tiga proyek pembangunan di Madina. Yakni peningkatan status dari perguruan tinggi STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) Madina menjadi UIN (Universitas Islam Negeri), Bandara Bukit Malintang, dan pembangunan PLTA di Madina.

“Kami akan segera berkomunikasi dengan Kementerian Agama untuk proses perubahan status dari STAIN menjadi UIN. Dalam waktu dekat kami bertemu Menteri Agama,” ujar Prof Todung Mulya Lubis, saat menghadiri jamuan makam malam di Rumah Dinas Bupati Madina, Senin malam, (20/3/2023).

Selain tiga prioritas pembangunan, juga ada sejumlah rencana pembangunan di Madina, antara lain pembangunan RSUD Madina di Panatapan dan Stadion Adam Malik. Pembangunan RSUD Madina diperkirakan membutuhkan biaya Rp220 miliar.

Soal RSUD di Panatapan, Prof Todung mengatakan pembangunan rumah sakit perlu waktu. Dia berharap swasta ikut membantu dalam skema public private partnership.

“Swasta harus ikut, jika mereka ingin Madina memiliki keberlanjutan pembangunan, mereka harus melakukan sesuatu untuk Madina,” tegasnya.

Ketua TP2D Prof Todung Mulya Lubis menegaskan, Bandara Bukit Malintang akan memiliki potensi multiplier effect (efek ganda) apabila telah beroperasi. Bandara yang akan diberi nama Bandara Abdul Haris Nasution direncanakan pembangunannya selesai Desember 2023 dan diresmikan tahun 2024.

Bupati Madina Minta Dukungan 

Bupati Madina HM Ja’far Sukhairi Nasution, menyampaikan tidak ada lagi kendala teknis pada pembangunan Bandara di Bukit Malintang.

“Kami butuh dukungan dan doa kita semua agar cita-cita kita terwujud, bahwa Madina bisa memiliki embarkasi sendiri dengan wilayah Tabagsel, hingga masyarakat tidak perlu repot lagi ke Medan dengan menempuh jalan 12 jam,” terangnya.

Mencermati pelaksanaan adat istiadat, ketaatan masyarakat menjalankan ibadah agama, besarnya perhatian para tokoh terhadap pendidikan, dan semangatnya aparat pemerintah Kabupaten Madina, maka sangat mungkin Madina ke depan menjadi pusat peradaban dan model pembangunan di Sumatera Utara, bahkan di Indonesia.

Cuma ketaatan masyarakat terhadap hukum negara, perlu ditingkatkan. (*)

  • Sihono HT, Ketua SMSI DI Yogyakarta.
BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER