Batu Bedulang, desa yang dulu ramai dengan tawa dan keindahan alam, kini terkubur di bawah timbunan kayu dan lumpur.
Di atas tumpukan lautan kayu gelondongan yang menutupi daratan, sisa amukan banjir bandang yang menerjang Aceh Tamiang, pada Nobember 2025, tampak tiga remaja, duduk di atas tumpukan kayu balok di Desa Batu Bedulang, Kamis (25/12/2025).
Mata mereka menyapu hamparan puing, mencari jejak kampung halaman yang kini hanya tinggal kenangan, disapu banjir bandang.
Batu Bedulang, salah satu desa di Kecamatan Bandar Pusaka, yang dulu ramai dengan tawa dan keindahan alam, kini terkubur di bawah timbunan kayu dan lumpur.
Bagi ketiga remaja itu, kampung ini bukan sekadar tempat tinggal. Di sinilah mereka tumbuh, bermain di halaman rumah yang bersih, dan menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman.

Kini, yang tersisa hanyalah tapak rumah di antara balok-balok kayu yang menumpuk, menjadi saksi bisu atas bencana yang telah merenggut segalanya.
Cinta pada Batu Bedulang memaksa mereka kembali, meski hati terasa perih. Mereka ingin melihat sendiri, menyentuh sisa-sisa kampung halaman, dan mengenang masa lalu yang indah.
Di antara puing-puing, mereka menemukan potongan-potongan kenangan: mainan yang rusak, foto keluarga yang lusuh, dan sisa-sisa perabotan rumah tangga yang hancur di bawah balok kayu.
Mereka hanya bisa memandang sedih, larut dalam kenangan. Air mata menetes di pipi, bercampur dengan debu dan dari lumpur yang mengering. Namun, di balik kesedihan, ada semangat yang tak padam. Mereka tahu, Batu Bedulang tidak akan pernah hilang dari hati mereka. (*)



