“Jika musibah ini adalah ujian, maka perkuat iman dan tawakal kepada Allah. Jika sebagai peringatan, maka segeralah kembali ke jalan yang benar”
Musibah yang menimpa manusia pada hakikatnya merupakan bagian dari ketetapan Allah SWT sebagai ujian, teguran, atau azab, bergantung pada kondisi keimanan dan perbuatan manusia.
Imam Masjid Al-Hidayah, Dusun Meusara Agung, Ustadz Rustandi Qamaruddin, S.Pd.I, menyampaikan itu dalam khutbah Jumat di Masjid Al-Hidayah, Dusun Meusara Agung, Gampong Gue Gajah, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, Jumat (26/12/2025), bertepatan 06 Rajab 1447 Hijriah.
Ia menyikapi musibah banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah wilayah, dengan mengutip firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-‘Ankabut [29] ayat 2 yang menegaskan bahwa keimanan seseorang tidak hanya cukup diucapkan, tetapi harus dibuktikan melalui ujian.
“Ketika Allah mendatangkan musibah, manusia akan terbagi ke dalam tiga kelompok. Pertama, musibah sebagai ujian bagi orang-orang beriman. Kedua, musibah sebagai teguran dan peringatan. Ketiga, musibah sebagai azab dari Allah SWT,” ujarnya.
Menurut Abah Rustandi, yang sering disapa demikian, lebih lanjut mengatakan bahwa musibah sebagai ujian diberikan kepada orang-orang beriman dan taat beribadah dengan tujuan meningkatkan derajat keimanan mereka di sisi Allah SWT.
Sementara itu, musibah sebagai teguran ditujukan kepada mereka yang masih beriman, namun mulai melemah dan mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan.
Adapun musibah sebagai azab, lanjutnya, menimpa mereka yang telah melampaui batas, melakukan kerusakan di darat dan di laut, menyalahgunakan kekuasaan, dan mengeksploitasi alam secara berlebihan.
Ia mengingatkan bahwa kerusakan lingkungan merupakan akibat langsung dari ulah manusia, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran Surat Ar-Rum [30] ayat 41:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Dalam kesempatan tersebut, Abah Rustandi mengajak jamaah untuk melakukan introspeksi diri atas musibah yang terjadi.
Ia menekankan pentingnya meningkatkan iman dan takwa, memperbaiki diri, serta bertaubat kepada Allah SWT.
“Jika musibah ini adalah ujian, maka perkuat iman dan tawakal kepada Allah. Jika sebagai peringatan, maka segeralah kembali ke jalan yang benar. Dan jika sebagai azab, namun masih diberi kesempatan hidup, maka hendaknya kita segera bertaubat dan memperbanyak amal saleh,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan jamaah agar senantiasa bertawakal kepada Allah SWT dalam menghadapi setiap cobaan, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran Surat At-Taubah [9] ayat 51 yang menyatakan bahwa tidak ada musibah yang menimpa manusia kecuali atas ketetapan Allah:
“Katakanlah (Muhammad), ‘Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.’”
“Kita berharap setiap khutbah dan taushiah menjadi pengingat bagi masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan, memperbaiki kualitas keimanan, dan memperkuat solidaritas sosial di tengah musibah yang melanda Aceh,” pungkas Koordinator Da’i Kota Banda Aceh ini. (T. Mansursyah)



