Banda Aceh (Waspads Aceh) – Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh menggelar seminar bertajuk “Smart Financial Habits: Ibu Hebat Bijak Berbelanja” pada Senin (1/12/2025) di Banda Aceh.
Kegiatan yang diikuti sekitar 200 peserta dari berbagai komunitas perempuan ini bertujuan mendorong peningkatan literasi keuangan keluarga melalui penguatan peran ibu rumah tangga dalam mengatur anggaran.
Peserta yang hadir berasal dari Dharma Wanita, Flower Aceh, PIPEBI, organisasi perempuan akar rumput, hingga jurnalis dan perwakilan instansi pemerintah. BI menilai kelompok perempuan merupakan ujung tombak pengelolaan ekonomi rumah tangga, terutama dalam menghadapi inflasi dan kenaikan harga kebutuhan pokok.
Kepala Tim Kajian Ekonomi dan Keuangan Daerah (KEKDA) BI Aceh, Leni Novita, mengatakan pengelolaan keuangan rumah tangga membutuhkan pemahaman dasar tentang perilaku konsumsi.
“Belanja bijak membantu keluarga memiliki tabungan, dana cadangan, dan ruang untuk berinvestasi. Ketika kondisi keuangan baik, pikiran juga lebih tenang,” ujar Leni.
Ia menambahkan BI selama beberapa bulan terakhir terus memperluas edukasi belanja cerdas kepada kelompok ibu-ibu. Menurutnya, literasi keuangan harus dilakukan secara berkelanjutan karena masyarakat berada dalam lapisan yang beragam dan tidak seluruhnya tersentuh edukasi formal.
Pada sesi materi, CEO dan Lead Financial Trainer QM Financial, Ligwina Hananto, memaparkan pentingnya perempuan memiliki keterampilan finansial yang terstruktur. Ia menilai perempuan memegang peran terbesar dalam arus keluar-masuk uang di rumah tangga sehingga membutuhkan strategi yang tepat.
“Pengelolaan keuangan bukan hanya soal mencatat pemasukan dan pengeluaran, tetapi juga terkait tanggung jawab pribadi, termasuk urusan ibadah seperti zakat,” kata Ligwina.
Ia menekankan bahwa tekanan ekonomi seperti kenaikan harga tidak dapat dihindari. Karena itu, kebiasaan keuangan yang sehat perlu dibangun melalui langkah sederhana seperti menyusun anggaran belanja, memilih bahan pangan lokal, memasak menu mingguan, hingga menunda pembelian konsumtif.
Menurut Ligwina, tindakan kecil yang dilakukan berulang akan membentuk kebiasaan yang membantu keluarga lebih tahan terhadap gejolak ekonomi. Ia juga mengingatkan peserta agar lebih selektif dalam berbelanja, terutama di tengah maraknya produk impor murah.
“Belanja bukan hal yang buruk, tetapi perlu memahami kapan membeli berdasarkan kualitas dan kapan berdasarkan kuantitas,” ucapnya.
Seminar ditutup dengan ajakan agar para peserta menerapkan sistem belanja terencana yang dievaluasi secara berkala.
BI berharap penguatan literasi keuangan di tingkat keluarga dapat mendorong terciptanya kesejahteraan yang lebih berkelanjutan di masyarakat. (*)



