Banda Aceh (Waspada Aceh) – Dedikasi panjang aktivis kemanusiaan Aceh Michael Octaviano, menarik perhatian dunia. Stasiun televisi internasional asal Jepang, Nippon Hōsō Kyōkai (NHK) menayangkan liputan khusus berdurasi 12 menit yang menyoroti perjuangan Michael dalam menyelamatkan anak-anak korban kekerasan, anak terlantar, hingga korban eksploitasi di Aceh.
Liputan mendalam tersebut pertama kali tayang pada 20 November 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Anak Internasional. Hari ini, direncanakan tayangan itu kembali dipublikasikan dalam versi bahasa Inggris sehingga dapat menjangkau audiens global yang lebih luas.
“Alhamdulillah, proses peliputan yang dilakukan sejak beberapa bulan lalu akhirnya ditayangkan. Ini menjadi bukti bahwa Aceh selalu peduli pada anak-anaknya, dan semoga kisah ini bisa menginspirasi banyak pihak,” ujar Michael, yang juga kepada UPTD Rumoeh Sejahtera Aneuk Nanggroe, Rabu (26/11/2025).
Menjemput Anak dari Jalanan, Jembatan, hingga Rumah Tak Layak
Dalam dokumenter tersebut, kamera NHK mengikuti langkah Michael saat menyisir sudut-sudut Kota Banda Aceh. Ia menemukan anak-anak tidur di bawah jembatan, di pos polisi, dan beberapa tinggal di rumah yang tidak layak huni.
Di beberapa kasus, Michael harus membujuk orang tua agar mengizinkan anak mereka dibawa ke panti untuk mendapatkan perlindungan, perawatan, dan hak hidup yang lebih layak.
“Setiap hari selalu ada kabar tentang kondisi miris anak-anak kita di Aceh. Banyak dari mereka lahir dalam situasi yang memprihatinkan. Kecintaan saya kepada anak-anak Aceh membuat saya tidak bisa tinggal diam,” ungkapnya.
Michael menegaskan bahwa upaya melindungi anak bukan hanya tugas lembaga, melainkan tanggung jawab semua pihak.
“Anak-anak tidak pernah meminta dilahirkan dalam keadaan kurang. Mereka adalah manusia kecil dengan suara yang sering tak terdengar. Mereka butuh kita untuk tumbuh menjadi manusia utuh demi membentuk generasi emas Aceh di masa depan,” tuturnya.
Penayangan kisah Michael oleh NHK menjadi pengakuan internasional atas pentingnya isu perlindungan anak di Aceh serta komitmen para pegiat kemanusiaan yang bekerja di lapangan. Tayangan ini diharapkan dapat menggugah lebih banyak pihak untuk terlibat, mendukung, dan mengambil peran nyata dalam upaya perlindungan anak.
“Anak negara adalah anak kita. Saya tidak bisa bekerja sendiri. Mari menanam dan menguatkan mereka bersama,” tutupnya.(*)



