Kamis, November 20, 2025
spot_img
BerandaEkonomiPT PEMA Berpotensi Jadikan Aceh Sebagai Hub Bisnis Baru di Barat Indonesia

PT PEMA Berpotensi Jadikan Aceh Sebagai Hub Bisnis Baru di Barat Indonesia

Aceh memiliki letak geografis yang strategis, berdekatan dengan Malaysia dan Thailand, yang menjadikannya pintu gerbang perdagangan potensial.

Provinsi Aceh memiliki potensi besar untuk menjadi pusat bisnis baru di wilayah barat Indonesia. PT Pembangunan Aceh (PEMA) Perseroda, sebagai Badan Usaha Milik Aceh (BUMA), memiliki peran sentral dalam mewujudkan visi ini.

Dengan dukungan pemerintah daerah dan keterlibatan aktif dalam forum bisnis internasional, PT PEMA diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi Aceh. Sebagai BUMA, PT PEMA memiliki fleksibilitas untuk menjalin kerjasama bisnis (B2B) atau business to business dengan berbagai pelaku usaha, baik dari dalam maupun luar negeri.

Hal ini sangat penting mengingat adanya batasan bagi pemerintah daerah untuk terlibat langsung dalam kegiatan bisnis.

Pengamat Tata Kelola Pemerintahan, Ardiansyah S.STP, M.Si, dari Universitas Ubudiyah Indonesia, menyatakan bahwa PT PEMA dapat menjadi perpanjangan tangan Pemerintah Aceh dalam mengoptimalkan potensi ekonomi daerah.

“Dengan adanya BUMA seperti PT PEMA, potensi tersebut dapat dicapai dan dieksekusi langsung oleh perusahaan daerah ini,” ujarnya kepada Waspadaaceh.com, Senin (18/11/2025).

Potensi Aceh Sebagai Hub Bisnis

Aceh memiliki letak geografis yang strategis, berdekatan dengan Malaysia dan Thailand, yang menjadikannya pintu gerbang perdagangan potensial. Selain itu, Aceh kaya akan sumber daya alam, terutama di sektor perikanan dan kelautan. PT PEMA dapat memanfaatkan potensi ini dengan menjalin kerjasama dengan investor asing untuk mengembangkan industri perikanan, pariwisata, dan sektor lainnya.

Ardiansyah menambahkan, “Aceh secara geografis memiliki potensi yang sangat besar. Apalagi, Aceh juga wilayah yang paling dekat dengan Malaysia maupun Thailand. Ini merupakan potensi yang dapat dikembangkan dengan baik oleh PEMA secara B2B kepada pihak yang serius dalam investasi.”

Pengamat Tata Kelola Pemerintahan dari Universitas Ubudiyah Indonesia, Ardiansyah S.STP, M.Si. (Foto/Ist)

Kunjungan Lapangan dan Minat Investor

Pada bulan Oktober 2025, manajemen PT PEMA bersama dengan perwakilan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Penang dan sejumlah calon investor asal Malaysia melakukan kunjungan lapangan ke beberapa lokasi strategis di Aceh.

Kunjungan ini bertujuan untuk memperkenalkan potensi investasi dan perkembangan sektor-sektor usaha yang dikelola oleh PT PEMA.

Beberapa lokasi yang dikunjungi antara lain:

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo, Banda Aceh: Rombongan meninjau aktivitas nelayan, proses penanganan hasil tangkapan, serta fasilitas Cold Storage Lampulo.

Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong, Kabupaten Aceh Besar: Peserta kunjungan meninjau area yang tengah disiapkan sebagai pusat kegiatan industri dan logistik.

Pelabuhan Malahayati: Diskusi mengenai potensi sinergi antara sektor pelabuhan, kawasan industri, dan komoditas unggulan daerah.

Konsul Jenderal RI di Penang, Wanton Saragih, mengapresiasi langkah-langkah PT PEMA dalam mengembangkan potensi daerah dan berkomitmen untuk memfasilitasi investor dari wilayah kerjanya yang ingin berinvestasi di Aceh.

Dirut PT PEMA Mawardi Nur ketika mendampingi Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Penang saat berkunjung ke Banda Aceh. (Foto/Ist)

“Kami sangat mengapresiasi progres yang telah dicapai PT PEMA dalam mengelola potensi-potensi bisnis di Aceh, terutama di sektor hasil laut dan kawasan industrinya,” ujarnya.

Tantangan dan Harapan

Meskipun memiliki potensi besar, Aceh juga menghadapi sejumlah tantangan dalam mewujudkan visi sebagai hub bisnis baru. Salah satu tantangan utama adalah tata kelola pemerintahan yang baik.

Ardiansyah menekankan bahwa tata kelola pemerintahan yang baik akan menciptakan iklim investasi yang kondusif. Sebaliknya, tata kelola pemerintahan yang buruk dapat menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.

“Sebuah pemerintah jika tata kelola pemerintahannya baik, maka dianggap sebagai iklim baik bagi investor. Sebaliknya, jika dalam tata kelola pemerintah buruk, maka dampaknya sangat besar pada inflasi, iklim kenyamanan investasi serta berpengaruh pada ekonomi daerah itu sendiri,” jelas Ardiansyah.

Oleh karena itu, PT PEMA perlu bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memastikan tata kelola pemerintahan di Aceh berjalan dengan baik. Selain itu, PT PEMA juga perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan infrastruktur untuk mendukung kegiatan bisnis.

Dengan kepemimpinan Mawardi Nur, PT PEMA dinilai proaktif dan konsisten dalam membawa masuk investor luar negeri ke Aceh. Hal ini diharapkan menjadi pemicu bagi Aceh untuk serius mengelola tata pemerintahan yang baik, yang menjadi indikator penting dalam iklim berusaha dan investasi.

PT PEMA memiliki peran strategis dalam menjadikan Aceh sebagai hub bisnis baru di wilayah barat Indonesia. Dengan memanfaatkan potensi geografis dan sumber daya alam yang dimiliki, serta menjalin kerjasama dengan investor asing, PT PEMA dapat menjadi motor penggerak ekonomi Aceh.

Namun, untuk mewujudkan visi ini, PT PEMA perlu bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memastikan tata kelola pemerintahan yang baik dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan infrastruktur. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER