Buah berduri itu, dengan segala keagungannya, menjadi magnet yang tak bisa ditolak.
Mentari senja merayap turun, mewarnai langit Subulussalam, Aceh, dengan gradasi jingga dan ungu. Aroma durian, sang raja buah, menyeruak memenuhi udara, menuntun langkah para pelancong menuju Sungai Sikelang yang membelah kota.
Hari itu, Sabtu (15/11/2025), Sikelang bagaikan panggung yang menyajikan orkestra rasa dan aroma, sebuah simfoni yang hanya bisa dinikmati setahun sekali.
Para musafir yang datang dari berbagai penjuru negeri, dari jauhnya Banda Aceh hingga ramainya Medan, berhenti sejenak di pinggir jalan. Mata mereka berbinar melihat tumpukan durian segar yang baru saja dipetik dari kebun-kebun warga. Buah berduri itu, dengan segala keagungannya, menjadi magnet yang tak bisa ditolak.
Di tepian Sungai Sikelang, kehidupan berdenyut lebih lambat, lebih syahdu. Wisatawan, dengan riang, menggelar tikar di atas rerumputan hijau atau memilih bersantai di pondok-pondok kayu sederhana yang dibangun warga.
Di sana, di bawah naungan pepohonan rindang, mereka membuka durian satu per satu, membiarkan aroma menggoda itu menari-nari di hidung.
Aliran Sungai Sikelang dari hulu Laekombih menjadi melodi latar yang menenangkan. Canda tawa pengunjung, suara percakapan hangat, dan aroma durian yang kuat berpadu menjadi harmoni yang sempurna.
Sore itu, Sikelang bukan hanya tentang durian, tetapi tentang kebersamaan, kebahagiaan, dan pengalaman yang tak terlupakan..Bagi para pencinta durian sejati, nama Sikelang sudah lama terukir dalam hati.
Daerah ini adalah surga, tempat di mana durian tumbuh subur dan menghasilkan buah dengan cita rasa yang istimewa. Teksturnya lembut bagai mentega, rasanya manis legit dengan sentuhan pahit tipis yang menggoda di ujung lidah. Durian Sikelang adalah perpaduan sempurna antara kenikmatan dan keunikan.
Nuriana, seorang wisatawan dari Banda Aceh yang mengikuti Ekspedisi Sungai Singkil 2025, mengaku terpesona dengan durian Sikelang. Baginya, ini adalah pengalaman pertama yang tak akan pernah ia lupakan.
“Baru selesai ekspedisi, langsung diajak warga lokal menikmati durian. Katanya, wajib hukumnya kalau sudah sampai sini. Rasanya luar biasa! Bukan cuma karena duriannya enak, tapi suasananya itu loh, duduk di tepi sungai sambil makan durian segar. Pengalaman baru yang nggak bisa didapat di tempat lain,” ujarnya dengan mata berbinar.
Hikmatul Chaniago, seorang kreator konten lokal yang bersemangat mempromosikan potensi daerahnya, menjelaskan bahwa daya tarik utama durian Sikelang terletak pada keaslian dan keberagaman jenisnya.

“Wisatawan suka karena duriannya betul-betul fresh dari kebun. Jenisnya juga banyak, ada Si Emas, Si Kerendah, Si Telur, Si Muncung Buaya, dan masing-masing punya karakter rasa yang berbeda,” jelasnya dengan penuh semangat.
Popularitas durian Sikelang semakin meroket dalam dua tahun terakhir, berkat kekuatan media sosial. Para wisatawan yang datang dan merasakan kelezatan durian Sikelang tak ragu untuk berbagi pengalaman mereka di dunia maya. Alhasil, Sikelang semakin dikenal dan menjadi tujuan wisata musiman yang selalu ramai dikunjungi.
Ketika musim durian tiba, jalanan Sikelang berubah menjadi pasar dadakan. Warga mendirikan lapak di depan rumah mereka, menjajakan durian yang baru jatuh dari pohon. Di kawasan sungai, pondok-pondok kecil dan tikar menjadi saksi bisu kebahagiaan para wisatawan yang menikmati durian bersama keluarga dan teman-teman.
Iswardi Solin, seorang warga Sikelang yang menjual durian di depan rumahnya, mengaku bahwa musim durian selalu membawa berkah. Penjualannya meningkat tajam karena banyak pembeli dari luar kota yang datang khusus untuk berburu durian.
“Kalau lagi ramai, durian bisa terjual 500 sampai 1.000 buah sehari. Alhamdulillah, penghasilan bisa satu sampai dua juta rupiah per hari,” ujarnya dengan senyum lebar.
Durian Sikelang bukan hanya menjadi incaran wisatawan lokal. Warga juga mengirim buah ini ke berbagai kota besar, seperti Medan, Riau, Kalimantan, hingga yang dekat, Banda Aceh. Permintaan akan durian Sikelang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Musim durian tahun ini diperkirakan akan berlangsung hingga awal Januari 2026. Para petani pun bersiap untuk memaksimalkan masa panen ini, karena periode ini menjadi sumber pendapatan terbesar mereka setiap tahun.
“Selama panen ini, alhamdulillah ekonomi kami bergerak. Semoga durian Sikelang makin dikenal,” kata Iswardi dengan nada penuh harap.
Di antara tawa riang wisatawan, aroma durian yang menggoda, dan aliran Sungai Sikelang yang menenangkan, pengalaman berburu durian di Subulussalam menjadi momen yang sulit dilupakan. Sekali datang, biasanya ingin kembali lagi, untuk merasakan kembali simfoni durian di tepi sungai yang memikat hati.(*)



