Tim ekspedisi akan mengunjungi sejumlah lokasi bersejarah seperti Makam Hamzah Fansuri, Makam Datuk Unggeh, dan Kompleks Makam Raja Kuta Baharu.
Ekspedisi Sungai Singkil 2025 resmi dimulai, Rabu (12/11/2025). Kegiatan yang berlangsung hingga 15 November 2025 ini menjelajahi aliran Sungai Singkil dari hulu ke hilir untuk mendokumentasikan sejarah, budaya, dan kehidupan masyarakat pesisir.
Ekspedisi ini diinisiasi oleh pemuda Aceh Singkil dengan dukungan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I Aceh, serta melibatkan jurnalis, akademisi, peneliti, dan pegiat budaya.
Bupati Aceh Singkil, Safriadi Oyon, menyebut ekspedisi ini sebagai langkah penting membangun kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk menggali kembali peradaban sungai yang menjadi nadi kehidupan warga.

“Sungai Singkil bukan sekadar aliran air, tapi sumber kehidupan. Dari sungai lahir tradisi, mata pencaharian, dan cerita yang membentuk identitas daerah ini,” ujar Safriadi saat menyambut tim ekspedisi di kantornya.
Suasana penyambutan berlangsung meriah. Peserta disambut dengan tarian Dampeng dan tarian Alas, dua kesenian khas Singkil yang menggambarkan nilai persaudaraan dan penghormatan terhadap tamu. Musik tradisional canang kayu dan syair berbahasa Singkil turut mengiringi suasana hangat tersebut.
Kasubbag Umum BPK Wilayah I Aceh, Cut Zahrina, mengatakan ekspedisi ini merupakan bagian dari program pelestarian kebudayaan nasional yang berfokus pada riset dan dokumentasi lapangan.

“Kami ingin menggali potensi budaya yang lahir dari Sungai Singkil. Dari sini kita bisa mengenali jejak panjang peradaban di Aceh bagian selatan,” kata Cut Zahrina.
Selama ekspedisi, tim akan mengunjungi sejumlah lokasi bersejarah seperti Makam Hamzah Fansuri, Makam Datuk Unggeh, dan Kompleks Makam Raja Kuta Baharu.
Mereka juga akan menyaksikan aktivitas budaya masyarakat seperti menjaring ikan, mencari lokan, menganyam tikar, serta pertunjukan seni tradisional Gegunungan, Canang Kayu, dan Moccak.
Rute pelayaran ekspedisi meliputi Singkil – empat pulau terdepan Singkil Utara – Teluk Rumbia – Rantau Gedang – Lentong – Longkip – Oboh – Subulussalam.
Setiap titik menjadi ruang eksplorasi sejarah, budaya, dan kearifan lokal masyarakat setempat.
Kegiatan ini diharapkan dapat memperkaya dokumentasi budaya Aceh dan mendorong pengembangan kebijakan kebudayaan serta ekonomi kreatif berbasis masyarakat. (*)



