Banda Aceh (Waspada Aceh) – Suasana di ruang kerja Wakil Ketua DPR Aceh (DPRA), Ali Basrah, tampak berbeda pada Rabu siang, 5 November 2025. Berbeda bukan berati sepi, menjelang istirahat, makan siang dan sholat.
Namun ruang tersebut tetap hidup dengan diskusi ringan antara Ali Basrah dan pengurus Serikat Media Siber Indonesia (SMSI). Ini bukan kali pertama SMSI ke ruangan Wakil DPRA itu, entah yang kesekian kalinya ketua hingga pengurus bertandang kesana.
Namun, suasana tak pernah berubah. SMSI tetap disambut hangat dan akrab oleh politis senior Golkar Aceh ini. Terlebih Ali Basrah juga masuk dalam dewan Penasehat SMSI Aceh.
Pertemuan berlangsung santai namun penuh substansi. Ketua SMSI Aceh, Aldin NL, memimpin dialog yang mengalir dari isu sosial hingga politik anggaran.
Dalam suasana akrab itu, percakapan dimulai dengan pembahasan tentang kasus tragis meninggalnya mahasiswa asal Simeulue, Arjuna Tamaraya, di Masjid Agung Sibolga, lalu berlanjut pada topik krusial, seperti realisasi anggaran 2025 dan penyusunan APBA 2026.
Di tengah tumpukan berkas dan dokumen pembahasan APBA, Ali Basrah menjelaskan secara terbuka proses penyusunan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) tahun depan.
“Sejak September, kami sudah menyurati Pemerintah Aceh,” jelasnya dengan nada santai dan tenang.
Ia juga menyinggung soal program rumah dhuafa, yang secara fisik sudah hampir selesai meski progres keuangan belum seimbang.
“Sistem kontraknya dua kali pembayaran, jadi memang terlihat lambat di administrasi, padahal fisiknya sudah dikerjakan,” jelasnya.
Diskusi tak berhenti disitu. Pembahasan meluas ke soal birokrasi, pelayanan publik, dan pentingnya transparansi dalam pemerintahan.
Pertemuan kemudian ditutup dengan makan siang sederhana. Suasana akrab yang terbangun mencerminkan hubungan yang sehat antara pejabat publik dan insan pers.
Dikenal Dekat dengan Rakyat
Ali Basrah bukan sosok baru di panggung politik Aceh. Wakil Ketua DPRA dari Partai Golkar ini dikenal dengan gaya kepemimpinan yang tenang namun tegas. Pada Sidang Paripurna DPRA, 4 Oktober 2024, ia resmi ditetapkan sebagai salah satu pimpinan dewan.
Karier politiknya mulai menanjak sejak Pemilu 2019, saat ia meraih 25.314 suara tertinggi di antara seluruh anggota DPRA terpilih. Di Pemilu 2024, ia kembali mempertahankan dominasi di Dapil 8 dengan 18.862 suara.
Mendapatkan kepercayaan selama dua periode bukanlah sebuah kebetulan. Akan tetapi, buah dari kedekatannya dengan masyarakat di Gayo Lues dan Aceh Tenggara selama ini.
Warga di Dapil 8 mengakui, kehadiran Ali Basrah tidak hanya terasa menjelang pemilu. Ia kerap hadir dalam berbagai situasi—meninjau banjir, melihat kondisi fasilitas pendidikan, hingga memenuhi undangan sederhana masyarakat ketika waktu senggang.
Meski kini berdomisili di Banda Aceh, Ali Basrah termasuk anggota dewan yang tidak pernah jauh dari konstituennya. Mungkin inilah alasan mengapa ia tetap menjadi figur yang dipercaya rakyat.
Sebelum terjun ke dunia politik, karier birokrasi Ali Basrah juga terbilang strategis. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Bupati Aceh Tenggara dan Kepala Dinas Pendidikan Aceh Tenggara.
Kini di parlemen, Ali Basrah dikenal sebagai politisi beretika, berargumen dengan data, dan menjaga komunikasi politik yang sejuk.
Dalam setiap pertemuan, baik di ruang rapat resmi maupun di warung kopi, Ali Basrah hadir sebagai sosok yang lebih banyak mendengar daripada berbicara. Namun, ketika berbicara, kalimatnya padat, berbasis data, dan menyentuh akar persoalan.
Sikap seperti inilah yang tidak dimiliki semua anggota dewan dan inilah menjadi ciri khas Ali Basrah, yaitu sosok yang bijaksana, merakyat dan respinsif . (*)



