Aceh Besar (Waspada Aceh) – Sudah tiga kali dalam dua tahun terakhir api melahap kompleks Pondok Pesantren (Dayah) Babul Maghfirah di Gampong Lam Alue Cut, Kecamatan Kuta Baro, Aceh Besar.
Asap hitam membumbung pukul 03.00 WIB, Jumat, 31 Oktober 2025. Para santri dan warga sekitar terjaga mendadak oleh kobaran api yang membesar dengan cepat. Enam unit armada pemadam dikerahkan, namun api sudah telanjur menyambar sebagian besar ruang asrama ketika petugas tiba.
“Proses pemadaman dan pendinginan baru selesai sekitar pukul 05.40 WIB,” kata petugas Pusdalops BPBD Aceh Besar, Iqbal, Jumat pagi. (31/10/2025).
Bagi warga Aceh Besar, kebakaran di dayah itu bukan kabar asing. Dalam dua tahun terakhir, tiga kali kebakaran berturut-turut terjadi di kompleks pesantren yang dipimpin Teungku Masrul Aidi mulai dari rumah pimpinan, asrama putri, hingga kini asrama putra.
Kebakaran pertama terjadi pada 25 Januari 2024. Api yang diduga berasal dari kantin cepat menjalar ke bangunan sekitar. Sebelas ruangan hangus, termasuk delapan asrama santri putri, mushalla, ruang makan, koperasi, dan rumah
pimpinan dayah.
Belum genap setahun kemudian, 1 Desember 2024, empat bilik asrama putri di lantai dua hangus terbakar pada malam hari, saat para santri beristirahat.
Kini, Oktober 2025, kobaran serupa kembali melahap bangunan lain.
“Dari kasus pertama kami sudah curiga ada sabotase, tapi tidak ada bukti,” ujar Teungku Masrul Aidi, pimpinan dayah, kepada Waspada Aceh, Jumat (31/10/2025).
Menurutnya, kali ini tim Inafis Polda Aceh telah turun ke lokasi. “Sudah olah TKP dan beberapa barang bukti serta CCTV sudah diamankan, termasuk sidik jari terduga,” kata dia.
Jejak di Layar CCTV
Rekaman CCTV menjadi petunjuk awal yang membuka harapan akan titik terang.
Kapolsek Kuta Baro Iptu firmansyah membenarkan pihaknya telah menerima rekaman video tersebut.
“CCTV itu dikirim oleh pihak dayah ke Polsek Kuta Baro,” ujarnya.
Namun hingga kini, pihak dayah belum membuat laporan resmi. “Kami tetap menyelidiki penyebab kebakaran,” tambahnya.
Dugaan sabotase muncul bukan tanpa alasan. Pola kebakaran yang berulang, jarak waktunya berdekatan, dan selalu terjadi saat aktivitas santri lengah menimbulkan kecurigaan kuat.
Kerugian akibat tiga kebakaran ini ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. Namun bagi pengurus dan santri, yang paling berat adalah kehilangan tempat belajar dan rasa aman. (*)



