Sabtu, Oktober 11, 2025
spot_img
BerandaAcehMenyikapi Inflasi dari Dapur Sendiri

Menyikapi Inflasi dari Dapur Sendiri

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Menyikapi tekanan harga bahan pangan yang kian fluktuatif, Bank Indonesia (BI) Aceh mengajak para ibu rumah tangga menjadi garda terdepan dalam menjaga kestabilan ekonomi keluarga.

Melalui kegiatan Cooking Class Dapur Cerdas Inflasi, Bank Indonesia Aceh mengajak ibu-ibu agar cerdas mengendalikan inflasi dari dapur sendiri, BI Aceh mengedukasi untuk bijak berbelanja, mengolah bahan lokal, hingga berupaya menanam di pekarangan rumah.

Kegiatan yang berlangsung di Kuala Village, Banda Aceh, Jumat (10/10/2025), diikuti puluhan ibu-ibu Tim Penggerak PKK serta Persatuan Istri Pegawai Bank Indonesia (PIPEBI) dalam rangkaian Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Mereka diajak belajar memasak hemat, sehat, dan lezat bersama Chef Muhammar Idris, asisten eksekutif chef Hotel Hermes Palace.

Kepala Tim Kajian Ekonomi dan Keuangan Daerah (KEKDA) BI Aceh, Leni Novita, menjelaskan bahwa salah satu fungsi utama BI adalah menjaga stabilitas inflasi di samping mendorong pertumbuhan ekonomi. Inflasi, katanya, bukan sekadar istilah ekonomi, tetapi fenomena yang dekat dengan dapur rumah tangga.

“Ketika harga cabai melonjak hingga Rp90.000 per kilogram, yang paling pertama merasakan dampaknya adalah ibu rumah tangga,” ujar Leni.

Ia menambahkan, kenaikan harga bahan pangan di Aceh kerap dipicu oleh pasokan terbatas akibat gagal panen, permintaan tinggi, serta gangguan distribusi, seperti yang sempat terjadi ketika banjir melanda Aceh Tamiang.

Untuk mengendalikan hal itu, BI menerapkan empat pilar pengendalian inflasi: ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. Pilar terakhir diwujudkan lewat kegiatan edukatif seperti kelas memasak ini.

Urban Farming di Pekarangan Rumah
Salah satu inovasi nyata BI Aceh adalah pembinaan desa urban farming di Gampong Lamjabat, Banda Aceh, sejak 2022. Dalam program ini, ibu-ibu PKK diajak menanam cabai di polybag menggunakan lahan pekarangan rumah.

Hasilnya cukup menggembirakan. Beberapa peserta mampu panen rutin setiap minggu dan menjual hasilnya secara kolektif. Salah satu peserta bahkan memperoleh penghasilan hingga Rp700.000 per minggu dari pekarangan kecilnya.

“Dari dapur dan halaman rumah, kita bisa ikut menjaga kestabilan harga,” tutur Leni.
Ke depan, BI Aceh juga akan mendorong pengolahan hasil panen menjadi produk turunan, seperti sambal dan saus cabai kemasan agar tahan lama dan bernilai tambah.

Bijak Belanja, Bijak Mengolah
Ketua TP-PKK Kota Banda Aceh, Dessy Maulidha Azwar, yang turut hadir dalam kegiatan itu, menegaskan pentingnya peran ibu rumah tangga sebagai pengelola ekonomi mikro keluarga.

“Ibu-ibu jangan panik saat harga naik. Justru saat itulah kita dituntut kreatif dan cerdas dalam menyiasati dapur,” ujarnya.

Ia mendorong masyarakat agar menerapkan langkah-langkah praktis dalam mengendalikan inflasi dari rumah, seperti berbelanja sesuai kebutuhan, menggunakan bahan lokal yang segar dan murah, mengolah bahan sendiri (misalnya membuat cabai kering atau pasta cabai saat harga sedang rendah), serta menanam kebutuhan dapur di pekarangan.

Pantauan waspadaaceh.co. pada sesi praktik memasak, Chef Muhammad Idris mendemonstrasikan cara membuat ikan kari khas Aceh dengan memanfaatkan rempah lokal seperti cabai bubuk, lada hitam, ketumbar, kemiri, kapulaga, bunga lawang, kunyit, dan jahe.

Ia juga berbagi kiat menjaga kesegaran ikan agar tahan lama di freezer: membersihkan isi perut hingga tuntas, memastikan wadah bersih dan tertutup rapat sebelum disimpan.

“Inflasi bisa dihadapi dari hal kecil, seperti bijak menyimpan bahan makanan,” ujar Idris.

Ia menambahkan, diversifikasi cabai—menggunakan cabai kering, bubuk cabai, dapat membantu keluarga tetap menikmati cita rasa khas Aceh tanpa bergantung pada cabai segar yang harganya kerap melonjak.

Melalui kegiatan ini, Bank Indonesia Aceh berharap gerakan dapur cerdas bisa menjadi inspirasi bagi keluarga-keluarga lain di Aceh.

“Pengendalian inflasi tidak hanya soal angka, tapi soal kebiasaan. Dan kebiasaan itu bermula dari dapur,” tutup Leni Novita. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER