Banda Aceh (Waspada Aceh) – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh kembali menggelar pasar lelang komoditas ke-17. Kegiatan yang berlangsung digelar di Ayani Hotel Banda Aceh, Kamis (21/8/2025), dan diikuti 30 peserta, terdiri dari 14 penjual dan 16 pembeli.
Lelang kali ini menghadirkan dua komoditas utama, yaitu biji kopi dan biji coklat. Penjual berasal dari berbagai daerah, seperti Aceh Tengah, Bener Meriah, Bireuen, Pidie Jaya, dan Banda Aceh.
Harga kopi yang dilelang berkisar Rp60.000–Rp120.000 per kilogram untuk Robusta, dan Rp90.000–Rp120.000 per kilogram untuk Arabica.
Sementara coklat non-fermentasi dibanderol Rp70.000 per kilogram, dan coklat fermentasi Rp110.000 per kilogram. Ia mengatakan komoditas yang dibeli minimal pembelian 50 kg dan maksimal pembeli mencapai 100 kg.
Darmawansyah, Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan Ahli Muda Disperindag Aceh, menjelaskan bahwa lelang ini bertujuan untuk menciptakan pasar yang transparan, memperluas jaringan pemasaran, dan mendorong pertumbuhan komoditas di Aceh.
“Harapan kami, lelang ini semakin berkembang, menarik lebih banyak pelaku usaha, dan memperluas jaringan antara penjual dan pembeli,” ujar Darmawansyah saat diwawancarai waspadaaceh.com, Kamis (21/8/2025).
Total transaksi pada lelang ke-17 ini mencapai Rp55.500.000. Meskipun nilai transaksi menurun dibandingkan lelang pertama pada Juni 2025 yang mencapai Rp71.000.000, jumlah item yang terjual meningkat menjadi 13 item.
Lelang kali ini juga menjadi penutup untuk tahun 2025 setelah sebelumnya diselenggarakan pada Juni lalu.
Darmawansyah menambahkan, selain kopi dan coklat, Disperindag Aceh berharap kegiatan lelang ke depan dapat melibatkan komoditas unggulan lainnya agar produk Aceh semakin dikenal di pasar nasional maupun internasional.
Kegiatan ini juga di bawah naungan Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi) adalah lembaga di bawah Kementerian Perdagangan yang bertugas mengawasi perdagangan berjangka komoditi di Indonesia.
Salah satu pembeli, Ansari Puteh, mengatakan bahwa kopi yang dibeli akan diolah menjadi produk dengan merek dagang Trico yang berada di Kabupaten Bireuen.
“Saya rutin mengikuti lelang sejak awal, dan hari ini membeli 50 kilogram kopi. Kami berharap bisa menambah lagi di lelang berikutnya,” ujar Ansari, yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Daerah Usaha Kecil dan Menengah (Forda UKM) Kabupaten Bireuen.
Menurutnya, dengan adanya lelang komoditas, harga pasaran bisa terkontrol, yang berdampak positif bagi semangat produktivitas petani dan para pelaku industri. (*)