Kamis, Juli 31, 2025
spot_img
BerandaAcehAkademisi Saiful Mahdi Ajak Wartawan Aceh Perkuat Literasi Data

Akademisi Saiful Mahdi Ajak Wartawan Aceh Perkuat Literasi Data

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Akademisi bidang statistik Universitas Syiah Kuala, Saiful Mahdi, mengajak para wartawan memperkuat literasi data dan cara berpikir ilmiah dalam menjalankan tugas jurnalistik.

Hal itu disampaikannya dalam Workshop Jurnalis yang digelar di Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Selasa (29/7/2025). Menurutnya, kerja jurnalistik sejatinya memiliki kesamaan dengan kerja ilmiah.

“Jurnalis dan akademisi sama-sama menyusun hipotesis, mencari data, lalu menarik kesimpulan dari fakta. Itu metode ilmiah,” katanya.

Saiful menekankan pentingnya memahami konteks dalam menyajikan data, agar tidak menimbulkan salah tafsir. Ia mencontohkan bagaimana berita terkait garis kemiskinan di Aceh sempat menimbulkan kegaduhan karena publik salah memahami istilah “hidup layak”.

“Padahal maksudnya decent life, bukan hidup mewah. Karena framing-nya kurang tepat, muncul reaksi negatif. Di sinilah pentingnya pemahaman konteks dan cara membingkai data,” jelasnya.

Data Harus Dikonversi Jadi Pengetahuan

Dalam workshop tersebut, Saiful juga memperkenalkan teori DIKW—Data, Information, Knowledge, Wisdom—sebagai pendekatan agar data tidak berhenti sebagai angka. “Data tanpa konteks hanyalah angka. Tapi jika dikembangkan, bisa jadi pengetahuan dan kebijaksanaan,” ungkapnya.

Ia mengingatkan bahwa angka pertumbuhan ekonomi Aceh yang tercatat 4,59 persen tidak akan bermakna tanpa pembanding. “Kalau tidak dibandingkan dengan tahun sebelumnya atau provinsi lain, tidak ada artinya,” ujarnya.

Saiful mengajak wartawan untuk tidak terpaku pada satu indikator ekonomi seperti PDRB. Menurutnya, indikator lain seperti konsumsi rumah tangga, investasi, hingga rasio kapital-output juga penting. “Tergantung pesan apa yang ingin kita sampaikan ke publik,” tambahnya.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa data statistik tak selalu mencerminkan kenyataan di lapangan. Di balik grafik pertumbuhan, masih banyak cerita tentang ketimpangan, pengangguran terselubung, dan aktivitas ekonomi yang tidak tercatat.

“Apakah ukuran-ukuran statistik itu mencerminkan keadaan sebenarnya? Belum tentu,” tegasnya.

Ia menyebut sejumlah faktor yang memengaruhi menyebut beberapa kendala seperti keterbatasan data, kesulitan mengukur aktivitas ekonomi yang tidak resmi, perbedaan definisi dan metode pengukuran, fokus pada pertumbuhan ekonomi bukan kesejahteraan, ketergantungan pada variabel makroekonomi dan minimnya perhatian terhadap aspek sosial dan lingkungan.

Melalui forum ini, Saiful berharap wartawan bisa menjadi penjembatan antara data dan masyarakat. “Wartawan bisa menjadi agen literasi, memutus rantai ketidaktahuan, ketakutan, hingga kekerasan. Media punya kekuatan membentuk atau memutus rantai itu,” tuturnya. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER