Banda Aceh (Waspada Aceh) – Warga Banda Aceh dilaporkan kesulitan mendapatkan layanan ambulans, terutama bagi pasien dengan kondisi darurat, sehingga mendorong Blood For Life Foundation (BFLF) mendesak Pemerintah Kota Banda Aceh untuk lebih peduli.
Relawan BFLF, Muhammad Shobari, menyatakan bahwa sebagian besar pasien yang mereka bantu berasal dari kawasan Lueng Bata, Ulee Kareng, dan Lampriet. “Beberapa di antaranya adalah penderita stroke serta pasien hemodialisis yang mengalami pengapuran tulang. Mereka lumpuh,” ujarnya, Jumat (7/2/2025).
Shobari mengungkapkan bahwa banyak warga belum mengetahui adanya layanan ambulans gratis yang disediakan oleh pemerintah.
“Selama ini banyak warga yang menghubungi kami untuk mendapatkan layanan ambulans, padahal pemerintah kota memiliki ambulans gratis. Sayangnya, tidak banyak yang tahu cara mengaksesnya,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa pasien dalam kondisi kritis memerlukan transportasi yang aman dan dilengkapi dengan fasilitas medis. Meski alternatif seperti ojek online atau kendaraan pribadi tersedia, kedua opsi tersebut tidak dapat menggantikan fungsi ambulans yang memenuhi standar medis.
“Bahkan, karena tidak ada ambulans, mereka rela pakai becak. Bayangkan saja, pasien lumpuh harus naik becak ke rumah sakit,” pungkas Shobari.
Menurutnya, kurangnya sosialisasi mengenai layanan ambulans gratis menjadi kendala utama yang dialami masyarakat. Selain itu, BFLF sendiri menghadapi keterbatasan kapasitas, terutama ketika ambulans yang mereka operasikan sedang dalam perbaikan.
“Ambulans yang biasa kami gunakan bisa saja dalam perbaikan. Kami tentu ingin selalu membantu warga, tetapi kapasitas kami terbatas. Jika tidak ada kolaborasi yang lebih luas, akan semakin banyak pasien yang kesulitan mendapatkan layanan ambulans,” tambahnya.
BFLF berharap agar Pemkot Banda Aceh lebih aktif dalam menyebarkan informasi mengenai layanan ambulans gratis dan memastikan ketersediaan unit yang memadai. Pemkot juga diminta untuk membagikan kontak layanan ambulans secara luas agar warga mengetahui ke mana harus menghubungi saat membutuhkan.
“Kami ingin semua pihak berkolaborasi agar tidak ada lagi pasien yang terlambat mendapatkan bantuan hanya karena kendala transportasi. Jika pemerintah kota bisa lebih peduli, maka layanan ambulans dapat diakses lebih cepat dan tepat sasaran,” tutup Shobari. (*)