Banda Aceh (Waspada Aceh) – Suasana penuh khidmat mewarnai perayaan Misa Natal pagi di Gereja Katolik Hati Kudus, Jalan Jenderal Ahmad Yani, Banda Aceh, Rabu (25/12/2024).
Pantauan waspadaceh.com, jemaat mulai berdatangan sejak pukul 08.00 WIB. Mengenakan pakaian rapi, beberapa di antaranya tampil dalam balutan kebaya, mereka memasuki gereja dengan tertib.
Saat memasuki gereja, mata jemaat langsung tertuju pada salib besar yang menggantung di dinding belakang altar. Salib tersebut memuat patung Yesus yang terikat dengan tali.
Jemaat terlihat meletakkan tangan di dada, membungkukkan badan sedikit sambil berdoa sebagai tanda penghormatan sebelum menuju ke tempat duduk.
Di dalam gereja, suasana dipadati jemaat dengan bangku-bangku panjang tersusun rapi memenuhi ruangan.
Ornamen khas Natal menghiasi setiap sudut, mulai dari pohon Natal yang menjulang dengan hiasan lampu-lampu kecil.
Tidak jauh dari sana, miniatur kandang domba yang menggambarkan kisah kelahiran Yesus Kristus ditata dengan rapi, lengkap dengan figur Maria, dan bayi Yesus di palungan, serta patung-patung kecil gembala dan hewan ternak.
Saat lonceng gereja berdentang pada pukul 09.00 WIB, tanda dimulainya Misa, suasana semakin sakral.
Darmin Fajar, salah satu pengurus gereja, memimpin prosesi awal dengan menyampaikan instruksi dari podium. Jemaat berdiri serempak untuk mengikuti liturgi pembuka yang diiringi lagu pujian.
Misa pagi ini dipimpin oleh Pastor Agustinus Padang, OCD, yang dalam khotbahnya menyampaikan pesan damai dan harapan baru di Hari Natal.
Ega, salah satu jemaat yang hadir, menyampaikan bahwa momen Natal ini menjadi kesempatan baginya untuk semakin memperkuat ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
“Natal adalah saat untuk mengenang Yesus Kristus, bersyukur atas kelahiran-Nya yang membawa damai. Kemudian tradisi berbagi hadiah menjadi simbol kasih dan kepedulian antar sesama,” tuturnya.
Ega juga menambahkan, meskipun Aceh mayoritas beragama Islam, suasana perayaan Natal selalu terasa aman dan damai. “Aceh adalah tempat yang penuh keberagaman, dan toleransi menjadi kunci hidup berdampingan,” tuturnya.
Ega tak lupa mengenang tragedi tsunami Aceh yang terjadi 20 tahun lalu. “Kami juga berdoa untuk semua korban tsunami. Semoga Aceh selalu terlindungi dari bencana, dan masyarakatnya diberikan kekuatan untuk terus bangkit,” tambahnya
Sementara di luar gereja, pihak kepolisian tampak berjaga untuk memastikan keamanan dan ketertiban selama misa berlangsung. (*)