Banda Aceh (Waspada Aceh) – Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Reza Idria, mengatakan pentingnya perubahan kurikulum pendidikan Hak Asasi Manusia (HAM) di perguruan tinggi, terutama di Aceh.
Menurut Reza, pendidikan HAM yang lebih komprehensif sangat diperlukan untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara HAM, perdamaian, dan demokrasi di Aceh.
Pernyataan tersebut disampaikan usai diskusi publik bertajuk “Gerakan Hak Asasi Manusia dalam Turbulensi Demokrasi: Menjamin Kelanjutan Proses Damai Aceh”, yang digelar di Hotel Hermes, Banda Aceh. Jumat (13/12/2024).
Reza juga mengkritik kurikulum pendidikan HAM di kampus-kampus yang dinilai masih parsial dan kurang menyeluruh.
Ia menyarankan agar kampus-kampus di Aceh memasukkan mata kuliah khusus yang membahas HAM secara komprehensif, dengan memperhatikan kontribusi berbagai kultur maupun agama.
“Pendidikan HAM jangan hanya sekedar menjadi terminologi, tetapi harus dapat memberi pemahaman yang lebih dalam tentang peran HAM dalam masyarakat,” ujarnya.
Reza juga menjelaskan bahwa meskipun telah ada kesepakatan dalam perjanjian damai Helsinki, implementasinya masih berjalan lambat. Ia menegaskan perlunya perubahan regulasi yang mendukung pelaksanaan kesepakatan tersebut, yang harus terus dikawal, terutama selama lima tahun ke depan.
Lebih lanjut, Reza menyatakan bahwa partisipasi aktif masyarakat, khususnya pemuda, sangat penting untuk menjaga perdamaian dan nilai-nilai HAM di Aceh.
“Pemuda Aceh harus berani mengambil peran strategis dalam menjaga nilai-nilai perdamaian dan HAM,” ungkapnya. (*)