Jumat, November 8, 2024
BerandaPariwaraPola Asuh Anak di Era Digital

Pola Asuh Anak di Era Digital

Tarbiyah islamiyah dengan makna sesungguhnya adalah menciptakan kepribadian muslim yang baik.

Anggota DPR Aceh Tati Meutia Asmara menilai pentingnya memahami pola asuh anak yang baik di era digital saat ini. Hal ini menjadi penting karena perkembangan zaman saat ini, semua hal bisa dilakukan hanya dalam genggaman.

Perkembangan teknologi saat ini, dinilai terus maju dan menggerus waktu serta jarak. Jika 20 tahun lalu, untuk mendapatkan sebuah informasi mengenai adanya sebuah kejadian di suatu wilayah membutuhkan waktu dan sarana seperti surat kabar, namun kini tidak. Sekarang cukup dengan sebuah smartphone atau ponsel pintar.

“Dahulu, jika terjadi sesuatu di wilayah lain di Aceh, perlu sarana pendukung seperti surat kabar atau berita di TV. Namun, kini TV bisa dilihat dari genggaman ponsel pintar termasuk informasi terbaru apapun,” kata Sekretaris Fraksi Gerindra-PKS DPRA ini.

Tati menilai bahwa dalam perkembangan jaman saat ini, ponsel pintar dapat dimanfaatkan secara positif sesuai penggunanya. Namun, ponsel pintar juga bisa menjadi bumerang, atau hal yang negatif juga sesuai penggunanya.

Tinggal bagaimana memanfaatkannya secara benar. Kondisi tersebut pula, menurutnya, menjadi salah satu indikator, pola asuh anak yang harus diubah sesuai berkembangnya jaman atau digitalisasi saat ini. Hal ini, menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi orangtua.

Orangtua juga harus memahami pola asuh yang sudah berubah, tidak seperti jamannya ketika kecil dahulu. Pola asuh ini akan sangat berpengaruh besar pada perkembangan anak dan remaja khususnya.

“Orangtua harus lebih memahami digitalisasi. Artinya, pengawasan juga tetap berlaku bagi anak di era digital saat ini. Pengawasan tersebut harus dimulai dari bagaimana bentuk atau cara anak memanfaatkan teknologi untuk hal positif bukan hal negatif,” ujarnya baru-baru ini.

Teknisnya, kata Ummi Tati, sapaan akrabnya, pengawasan secara fisik dengan melakukan pengecekan secara berkala ponsel pintar milik anak. Orangtua harus memahami apa saja isi ponsel pintar sang anak kemudian melakukan bimbingan secara personal atau memberikan pemahaman.

“Melakukan komunikasi dengan pola yang baik agar anak memahami apa dampaknya dari penyalahgunaan ponsel pintar secara negatif. Dengan memberikan pemahaman yang baik itu pula, diharapkan anak bisa lebih memanfaatkan teknologi ponsel pintar secara positif untuk kepentingan pelajarannya di sekolah ataupun peningkatan kreativitasnya,” jelasnya.

Jika dahulu, kita melihat dunia terlalu luas, maka saat ini, dunia sangat kecil. Karena dengan waktu singkat, kita sudah bisa melihat apa yang terjadi di belahan dunia lain. Contohnya saja, bagaimana kondisi Palestina saat ini hingga siapa yang menjadi pemenang dalam pemilu Amerika Serikat.

Dimulai dari membangun komunikasi dan batasan. Dengan pola komunikasi yang baik antara orangtua dan anak diyakini salah satu cara agar anak bisa terhindar dari dampak negatif digitalisasi. Kemudian, orangtua juga perlu melakukan batasan penggunaan ponsel pintar dengan waktu bersama keluarga.

“Kebersamaan dan menciptakan kehangatan bersama keluarga menjadi salah satu cara anak bisa mengetahui arti sebuah keluarga lebih bermanfaat dari pada sebuah ponsel pintar,” lanjutnya.

“Membawa anak berlibur, menonton tivi bersama, makan bersama di rumah, mendengarkan cerita baru anak sampai memahami apa yang dibutuhkan anak, merupakan sederet solusi yang bisa dicoba oleh orangtua untuk menjadikan digitalisasi bermanfaat buat kehidupan dan bukan berdampak negatif,” tuturnya.

Setelah itu, perlunya penguatan Tarbiyah Islamiyah atau pendidikan Islam yang membentuk konsep kepribadian muslim yang baik. Polanya banyak hal yang bisa dilakukan salah satunya dengan mengikuti kajian rutin keagamaan.

“Jadi, jika ditafsirkan tarbiyah itu sebuah proses pengajaran atau pendidikan. Tarbiyah islamiyah dengan makna sesungguhnya adalah menciptakan kepribadian muslim yang baik. Pengenalan tarbiyah islamiyah ini sejak dini kepada anak dan memahaminya secara luas di rumah tangga,” ungkapnya.

Dengan pemahaman agama yang baik, maka diyakini menjadi modal yang bagus dalam sebuah rumah tangga yang kokoh termasuk dalam membentuk pola asuh anak. Anak juga akan mengikuti jika sudah terbentuk dasar agama yang sangat baik. “Agama akan menyelamatkan mu di dunia dan akhirat kelak,” tegasnya. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER