Jumat, Oktober 18, 2024
BerandaAcehPerempuan Aceh Didorong Perkuat Kepemimpinan dan Kemandirian Ekonomi

Perempuan Aceh Didorong Perkuat Kepemimpinan dan Kemandirian Ekonomi

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Perempuan Aceh didorong untuk lebih berperan aktif dalam kepemimpinan di berbagai sektor, baik di tingkat komunitas maupun politik, guna menghadapi tantangan patriarki yang masih kuat di masyarakat.

Pemberdayaan ekonomi, penguatan jaringan sosial, dan peningkatan keterampilan menjadi kunci bagi perempuan untuk memimpin dengan efektif.

Hal  ini mengemuka dalam kegiatan Sekolah Kepemimpinan Perempuan yang digelar oleh Kohati HMI Komisariat FKIP Universitas Syiah Kuala (USK) bekerja sama dengan Flower Aceh – Islamic Relief Indonesia, FORHATI Aceh, Sekolah HAM Perempuan Flower Aceh dan SeIA berlangsung di Le Rasa Café, Banda Aceh, Sabtu (12/10/2024).

Acara ini bertajuk “Meneguhkan Eksistensi Kepemimpinan Perempuan untuk Perubahan dan Kemandirian.”

Ketua Kohati HMI FKIP USK, Rika Yusrina, menekankan pentingnya peran perempuan dalam memimpin, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga sebagai inspirasi bagi perempuan lain dalam menciptakan perubahan di masyarakat.

“Banyak perempuan masih menghadapi tantangan, seperti kurangnya kesempatan, diskriminasi, dan stereotip gender,” kata Rika.

Survei yang dilakukan oleh Kohati dan Flower Aceh menunjukkan bahwa perempuan masih banyak mengalami hambatan dalam meraih posisi kepemimpinan. Rika berharap kegiatan ini akan membantu perempuan Aceh lebih percaya diri dan berani mengambil peran penting dalam masyarakat.

Direktur Eksekutif Flower Aceh, Riswati, menegaskan pentingnya solidaritas antarperempuan untuk menciptakan kekuatan kolektif.

“Women support women menjadi jargon gerakan ini, yang bertujuan memperkuat kepemimpinan perempuan melalui jaringan solidaritas yang saling mendukung,” ungkapnya.

Illiza Sa’aduddin Djamal, anggota DPR-RI periode 2019-2024, turut menyampaikan bahwa perempuan harus lebih berani mengambil peran strategis dalam politik, meskipun ruang politik masih didominasi oleh patriarki.

“Tantangan yang ada harus menjadi motivasi untuk terus berjuang,” ujar Illiza.

Selain itu, narasumber lain seperti Gebrina Rezeki dari Sekolah HAM Perempuan menekankan pentingnya keterampilan empati, keberagaman, dan kreativitas dalam kepemimpinan. Sementara itu, Tjut Ika Mauliza, seorang pengusaha, menyoroti pentingnya kemandirian ekonomi bagi perempuan agar dapat lebih berpengaruh dalam pengambilan keputusan.

Dengan dukungan dan solidaritas, perempuan Aceh diharapkan mampu menciptakan perubahan positif dan mengambil peran strategis dalam berbagai sektor. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER