Banda Aceh (Waspada Aceh) – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Aceh terus mengencarkan kegiatan literasi media dengan menyasar kelompok anak muda. Kali ini sasarannya adalah siswa santri Pondok Tahfiz Baitul Quran Desa Siem Kecamatan Darussalam, Aceh Besar.
Kegiatan yang mengangkat tema “Literasi Media : Santri Cerdas, Penyiaran berkualitas” ini berlangsung Kamis (29/8/2024). Acara tersebut dihadiri Komisioner KPI Pusat Amin Shabana, Ketua KPI Aceh Acik Nova, Wakil Ketua KPI Aceh T. Zulkhairi dan Komisioner Bidang Pengawasan Isi Siaran Putri Nofriza.
Literasi media ini bertujuan untuk membekali individu dengan keterampilan dan pemahaman saat berinteraksi di media sosial. Kegiatan ini melibatkan beberapa pemateri, pertama Amin Shabana, T. Zulkhairi dan dimoderatori oleh Putri Nofriza.
Ketua KPI Aceh, Acik Nova, dalam sambutannya menyampaikan di era digitalisasi sekarang ini masyarakat harus membekali diri dengan literasi media yang baik. Literasi bukan hanya soal baca tulis namun jauh lebih dari itu yakni bagaimana menggunakan media dengan baik termasuk memilih dan memilah konten yang baik untuk dibuat dan di share ke publik.
“Literasi akan membentuk sikap kritis dan selektif kita terhadap tayangan atau konten di Medsos. Jika sikap ini makin kuat dan meluas hal ini tak hanya mengubah kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi media tetapi juga akan mempengaruhi pola produksi konten di media tersebut,” jelas Acik.
Acik Nova juga mengatakan bahwa televisi dan radio bahkan media baru seperti youtobe, tiktok dan Medsos lainnya akan selalu berharap tayangannya ditonton atau didengar meningkat. Sehingga semakin banyak konten tersebut ditonton maka konten semacam itu akan semakin sering dibuat.
Namun ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mewujudkan penyiaran lebih baik. Pertama selalu memilih program siaran yang baik dan berkualitas. Kedua sebarkan atau umumkan siaran baik dan berkualitas itu kepada masyarakat.
“Jadi yang kita viralkan itu siaran yang baik-baik agar semakin banyak yang tahu tentang program siaran itu. Jika semakin banyak yang nonton juga akan semakin banyak industri yang memproduksi siaran yang baik,” harapnya.
Sementara itu, Komisioner KPI Pusat Amin Shabana, memulai materinya dengan kalimat tagline yang ada di dayah yaitu Today A Reader Tomorrow A Leader. Kata Amin, dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi yang pesat saat ini, santri diharapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan tekun dan giat agar dapat mempersiapkan diri sebagai calon pemimpin masa depan.
Amin juga menggarisbawahi pentingnya pendidikan yang holistik dan terintegrasi, khususnya bagi para santri. Menurutnya, santri tidak hanya harus memahami ilmu agama, tetapi juga harus membekali diri dengan pengetahuan umum dan keterampilan yang relevan dengan perkembangan zaman.
“Ini merupakan langkah penting dalam mempersiapkan diri sebagai pemimpin masa depan yang mampu memberikan kontribusi positif kepada masyarakat,” sebutnya.
Dengan pendidikan yang baik dan berimbang, diharapkan dapat mencetak santri yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepemimpinan yang kuat dan kemampuan untuk memecahkan masalah secara kreatif.
“Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan media digital, penting bagi santri untuk memiliki kemampuan literasi media yang baik. Literasi media menjadi kunci dalam menghadapi berbagai informasi yang ada di dunia maya, serta dalam membentuk sikap kritis dan bijak dalam menggunakan teknologi,” tegasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua KPI Aceh, T. Zulkhairi dalam paparannya mengatakan saat ini ada dua tantangan krusial yang dihadapi oleh generasi muda Aceh khususnya, dan generasi muda Indonesia umumnya. Dimana kedua tantangan ini menjadi persoalan serius yang menerpa kaum muda.
“Tantangan pertama yaitu sabu-sabu, dimana saat ini banyak sekali generasi muda Aceh yang terjebak dengan racun sabu-sabu baik sebagai konsumen maupun pengedar. Kedua yaitu persoalan dari handphone, dimana handphone yang seharusnya memberi banyak manfaat jika digunakan secara betul, tapi justru digunakan untuk main judi online dan game yang sangat melalaikan,” ujar Teuku Zulkhairi.
Ia juga mengatakan, bersyukur para santri dimana selama mondok di pesantren mereka dilarang menggunakan handphone. Sebab, banyak sekali generasi muda Aceh yang terjebak dengan game di handphone termasuk judi online.
Dia berharap kepada santri yang nantinya akan keluar dari pesantren berhati-hati dengan handphone, baik itu tontonan atau konten yang ada di Sosmed. Karena hal ini sangat mempengaruhi karekter dan sikap seseorang.
“Begitu juga dengan informasi yang ada dikonten apapun di Medsos itu semuanya harus kritis dalam kita menerimanya. Semua informasi itu ada kemungkinan benar dan ada kemungkinan salah,” ujarnya.
Di samping itu, Pimpinan Dayah Tahfidz Baitul Qur’an Ustad Hafiz Umamah, menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada KPI yang telah meluangkan waktu untuk berbagi ilmu dan pengetahuan melalui Literasi Media.
Menurut dia, keberadaan KPI sebagai lembaga yang mengatur dan mengawasi penyiaran di tanah air memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga kualitas dan etika penyiaran.
“Dengan berbagi ilmu, KPI tidak hanya memberikan wawasan yang sangat berharga, tetapi juga membangun jembatan komunikasi yang akan memperkuat sinergi antara KPI dan institusi pendidikan seperti dayah ini,” lanjut Hafiz.
Diketahui, literasi media ini juga menyertakan sesi diskusi yang memberikan kesempatan bagi para santri untuk berinteraksi langsung dengan pemateri yang dipandu oleh Putri. Diharapkan, kegiatan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan motivasi tambahan bagi para santri untuk terus berusaha dan berkembang.
“Dengan harapan besar, acara ini menjadi titik awal bagi para santri untuk mengarahkan diri mereka menuju masa depan yang gemilang sebagai pemimpin yang visioner dan berintegritas. Pendidikan yang giat dan berfokus pada pengembangan diri diharapkan dapat menghasilkan generasi masa depan yang mampu menghadapi tantangan dan menciptakan perubahan positif di masyarakat,” kata Putri menutup sesi diskusi literasi media. (*)