Kamis, September 19, 2024
BerandaAcehRembuk Anak dan Remaja Aceh, Bahas Tantangan dalam Pembangunan

Rembuk Anak dan Remaja Aceh, Bahas Tantangan dalam Pembangunan

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Partisipasi anak dan remaja dalam pembangunan di Aceh menjadi perhatian semua pihak. Orang dewasa perlu memahami dan membuka ruang yang lebih luas bagi anak-anak untuk berpartisipasi secara aktif dan setara.

Pemerintah, komunitas, dan media massa memiliki tanggung jawab bersama dalam memastikan suara anak-anak didengar dan diperhitungkan dalam setiap proses pembangunan.

Kegiatan konsultasi anak dan remaja dalam perencanaan dan penganggaran berlangsung di Hotel Ayani Banda Aceh, Minggu (4/8/2024). Acara ini difasilitasi Bappeda Aceh dan Unicef ini dihadiri oleh 22 orang dari berbagai elemen komunitas, termasuk anak muda dan penyandang disabilitas.

Kegiatan ini berlangsung inklusif dengan bantuan juru bahasa isyarat, memastikan semua peserta dapat berpartisipasi aktif.

Masih dalam momentum Hari Anak yang diperingati setiap 23 Juli dengan tema ‘Anak Terlindungi, Indonesia Maju’.

Amrina Habibi, Kepala Bidang Pemenuhan Hak Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Aceh, menegaskan pentingnya partisipasi anak dan remaja dalam proses pembangunan.

“Anak-anak memiliki hak untuk berekspresi, mendapatkan informasi, dan berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan,” ujar Amrina.

Ia menambahkan  pemerintah memiliki komitmen kuat terhadap perlindungan anak yang diatur dalam UU No. 23 Tahun 2002.  Menurutnya, semua pihak wajib melindungi dan memberikan ruang bagi anak-anak untuk berpartisipasi aktif.

“Kita harus berjuang untuk memaksimalkan partisipasi anak dan remaja dalam musrenbang (musyawarah rencana pembangunan) dan musrena. Anak dan remaja harus terlibat aktif,” tegasnya.

Unicef juga bekerja sama dengan DPPPA Aceh terkait sistem informasi manajemen untuk partisipasi remaja dalam pembangunan.

Ide dan saran dari anak-anak dan remaja yang disampaikan saat musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) dicatat dalam sistem dan dipantau hingga tingkat provinsi.

Kemudian aplikasi yang digagas oleh Forum Anak Tanah Rencong memungkinkan anak-anak menyampaikan persoalan pribadi dengan aman dan terdokumentasi dengan baik.

Kepala Unicef perwakilan Aceh, Andi Yoga Tama mengatakan konsultasi khusus kepada anak dan remaja penting untuk memastikan partisipasi bermakna mereka dan mengetahui pola partisipasi yang dibutuhkan. Suara dan kebutuhan mereka penting menjadi acuan dalam perencanaan pembangunan daerah.

Fasilitator kegiatan, Bayu Satria, yang juga Mitra Muda Unicef, menambahkan  anak dan remaja di Aceh harus mendapatkan ruang yang memadai dalam proses pembangunan.

Dengan jumlah anak-anak yang mencapai sepertiga dari populasi Aceh, ada kebutuhan besar untuk memastikan mereka terlibat dan hak-haknya terpenuhi.

“Usia anak dan remaja di Aceh mencapai sepertiga dari populasi, menjadikan mereka sebagai stakeholder penting yang seharusnya terlibat dalam pembangunan,” ujarnya.

Budaya patriarki di Aceh  menjadi salah satu faktor yang menyulitkan anak-anak untuk berpartisipasi.

Hambatan partisipasi anak dan remaja datang dari faktor eksternal seperti kondisi ekonomi keluarga, serta faktor internal seperti trauma akibat kekerasan atau bullying yang membuat mereka tidak percaya diri untuk terlibat.

Perlu memastikan aksesibilitas dan akomodasi yang layak untuk setiap anak, dengan memperhatikan interseksualitas masing-masing sehingga mereka memiliki ruang aman untuk berpartisipasi.

“Penting untuk memastikan bahwa masukan dari anak benar-benar diimplementasikan,” tuturnya.

Miftahul Fahmi, anggota Forum Anak Tanah Rencong, menuturkan, forum anak memberikan ruang berharga untuk berekspresi dan berpartisipasi dalam berbagai agenda.

Dalam konteks pembangunan, partisipasi anak dalam acara seperti Musrenbang dan Musrena masih menghadapi tantangan, seperti kurangnya feedback mengenai implementasi masukan mereka.

Menurutnya, keterlibatan anak dan remaja harus dipastikan secara konsisten sebelum, selama, dan setelah acara, dengan posisi yang setara dan adanya slot khusus untuk suara mereka.

Anak-anak di Aceh berharap partisipasi mereka dalam pembangunan bisa lebih dihargai dan dianggap penting. Suara mereka harus diikuti dengan tindakan nyata agar Aceh bisa maju dengan melibatkan semua lapisan masyarakat, termasuk anak-anak dan remaja. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER