Kamis, Desember 26, 2024
spot_img
BerandaUlama Aceh Bersinergi Perkuat Dakwah Jaga Lingkungan

Ulama Aceh Bersinergi Perkuat Dakwah Jaga Lingkungan

Takengon (Waspada Aceh) – Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh terus mendorong ulama di Aceh untuk mengampanyekan isu lingkungan.

Hal itu disampaikan oleh Ketua MPU Aceh, Tgk Faisal Ali, saat menutup workshop “Peran Teungku Mendukung Perlindungan Lingkungan” di Parkside Gayo Petro Hotel Takengon, Minggu (19/11/2023).

Workshop yang diadakan oleh Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) diikuti oleh 25 teungku inong dan teungku agam dari berbagai kabupaten kota di Aceh, termasuk yang berada di Kawasan Ekosistem Leuser. Mereka adalah pimpinan dayah, ulama, dan pengajar majelis pengajian.

“Kami berharap para teungku dapat menjadi agen perubahan dalam menyuarakan perlindungan lingkungan kepada masyarakat. Karena lingkungan adalah amanah Allah yang harus kita jaga dan rawat,” kata Tgk Faisal Ali.

Ia menambahkan, MPU Aceh telah mengeluarkan tiga fatwa terkait pelestarian lingkungan. Pertama, tentang pemeliharaan lingkungan hidup menurut hukum Islam. Kedua, tentang perlindungan satwa liar dalam perspektif syariat Islam. Ketiga, tentang penggunaan dan pembuangan zat berbahaya dalam perspektif hukum Islam.

“Fatwa ketiga ini sudah selesai dan akan segera kita sebarkan. Semoga menjadi pegangan bagi umat Islam di Aceh untuk menjaga lingkungan,” ujarnya.

Ia juga menyayangkan perilaku manusia yang hidup dalam keserakahan dan ketamakan, yang tidak peduli dengan dampak kerusakan lingkungan bagi anak cucu mereka. Apalagi dengan maraknya perambahan hutan, pertambangan ilegal yang mengancam keanekaragaman hayati.

“Kami juga telah mengusulkan konsep mawah, yaitu pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat, agar tidak ada eksploitasi hasil alam melalui perusahaan tambang. Konsep ini sudah kami ajukan dalam bentuk qanun, dan kini masih dalam pembahasan di DPR Aceh,” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Yayasan HAkA, Badrul Irfan, mengatakan, workshop ini bertujuan untuk memperkuat dakwah perlindungan lingkungan dengan menyampaikan pesan melalui berbagai media. Ia menilai, peran ulama mengkampanyekan pelestarian lingkungan hidup bisa lebih efektif memengaruhi umat.

“Selain masuk dalam materi dakwah, selayaknya pula para pemuka agama memberi contoh penyelamatan lingkungan dalam kesehariannya. Misalnya, dengan tidak membuang sampah sembarangan, menghemat air dan listrik, dan menjaga kelestarian hutan dan satwa liar,” ujarnya.

Salah satu peserta workshop, Tgk Mardiaty, yang berasal dari Kota Subulussalam, mengatakan, ia mendapatkan banyak pengetahuan terkait wawasan lingkungan Aceh. Seperti mengenal wilayah kawasan ekosistem leuser, satwa yang dilindungi, dan dampak kerusakan lingkungan terhadap kehidupan.

“Alhamdulillah selama dua hari ini banyak ilmu yang kita dapat. Oleh sebab itu, kekuatan pendidikan sangat penting. Saya juga mengajar untuk sama-sama optimis dengan mengajarkan anak-anak sebagai generasi untuk mengenal bagaimana menjaga alam,” tuturnya.

Pada saat pembukaan acara, Ketua Majelis Adat Aceh Tgk Yusdedy juga mendorong agar para teungku menerapkan pembelajaran perlindungan lingkungan dengan mengaitkan dengan kearifan lokal. Seperti menyisipkan syair-syair yang mengandung nilai-nilai pelestarian alam.

“Kita harus menghidupkan kembali tradisi lisan yang mengajarkan kita untuk mencintai alam. Karena alam adalah sumber kehidupan dan keberkahan bagi kita semua,” katanya. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER