Jakarta (Waspada Aceh) – Mangga Besar Jakarta merupakan bagian dari jantung ibukota negara Indonesia. Hanya 2 kilometer dari Istana Merdeka, Mangga Besar seperti halnya kota tua Jakarta telah mengalami banyak zaman mulai dari kolonial Belanda hingga modern digital.
Setiap sudut kota Jakarta memiliki histori sendiri. Mangga Besar yang terletak di Jakarta Barat berpuluh-puluh bahkan beratus tahun telah dikenal sebagai tempat wisata malam warga Jakarta. Lokasi inilah yang dipilih sebagai tempat rapat pimpinan nasional Serikat Media Siber Indonesia (SMSI).
Ciri yang paling dikenali dari Mangga Besar adalah wilayahnya yang dinamis, hidup dan aktif sepanjang siang maupun malam, sehingga sebagian orang menamainya sebagai never sleep city alias kota yang tidak pernah tidur. Siang sibuk dengan kegiatan bisnis perdagangan ritel modern, malam menjadi kawasan hiburan malam yang sesungguhnya adalah juga bisnis.
Secara berseloroh Sekjen SMSI M Nasir mengatakan, di Mangga Besar tempat mencari nafkah ribuan gadis cantik dari Jawa Barat. Mereka dapat ditemui para pencari hiburan malam di diskotek, karoke, sauna, hingga tempat terang restoran dan kafe yang berdiri di sepanjang tepi barat dan timur jalan raya Mangga Besar.
Kondisi ini kemudian digandengkan dengan alasan pemilihan lokasi Rapimnas SMSI 2023 di Hotel The Jayakarta yang terletak di Jl Hayam Wuruk wilayah Mangga Besar.
“Kita rapat di tempat yang dinamis, hidup, dan aktif siang malam, karena itulah wajah perusahaan media, selalu update, selalu bergerak dari detik ke detik, tanpa pernah tidur,” kata Theodorus Dar Edi Yoga, Dewan Pertimbangan SMSI.
Mangga Besar dulunya merupakan sebuah perkampungan pendatang dari golongan ningrat suku Jawa. Nama Mangga Besar juga memiliki asal usul tersendiri. Mangga Besar diambil dari adanya pohon mangga yang besar dan berbuah banyak di tengah daerah ini. Pohon itu menjadi patokan tempat.
Bagaimana awalnya Mangga Besar disebut sebagai tempat wisata malam di Jakarta paling terkenal era kolonial, kata Yoga, karena banyaknya pendatang kaya raya yang bermukim di sana. Pendatang kaya raya tersebut menjadi magnet pasar tempat hiburan bagi para pebisnis khususnya prostitusi. “Maka jadilah Mangga Besar daerah prostitusi pertama di Jakarta,” terangnya.
Sebelum dikenal sebagai Mangga Besar, daerah ini juga sempat bernama Macao Po yang tak lepas karena keterkenalan prostitusi di sana. Macao Po ini diambil sebagai nama beken daerah lantaran dulunya, banyak wanita pekerja seks komersial (PSK) asal Makau yang bekerja menjajakan diri di sana. Tapi itu dulu, rumah bordir yang menjajakan cinta semalam sudah lama lenyap.
Jika dahulu Mangga Besar dikenal sebagai tempat hiburan malam, kini wajah daerah di perbatasan Jakarta Barat, Pusat, dan Utara itu justru menjadi daerah kuliner. Hampir di setiap sudut Mangga Besar terdapat toko atau warung makan yang tak boleh dilewatkan jika sedang di Jakarta.
Pemburu bakso dan bubur ayam enak tidak akan salah menjadikan Mangga Besar sebagai tujuan. Kamu dapat menemukan tempat yang dicari meski malam hari sekalipun.
Mangga Besar juga dikenal sebagai tempat penyelamat pertama anak-anak muda Jakarta Utara jika kelaparan di malam hari. (Iman Handiman)