Jumat, September 20, 2024
BerandaAcehProf Mukhlis: OKP Patut Pahami Tantangan dan Peluang Bonus Demografi

Prof Mukhlis: OKP Patut Pahami Tantangan dan Peluang Bonus Demografi

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Pakar ekonomi dari Universitas Syiah Kuala (USK), Prof Mukhlis Yunus menyebutkan organisasi kepemudaan yang ada di Aceh perlu memahami tantangan dan peluang bonus demografi.

Mengingat, era bonus demografi di Indonesia sendiri diperkirakan tahun 2030- 2040 mendatang. Dimana penduduk usia produktif 15-64 tahun lebih besar dibanding usia nonproduktif 65 tahun ke atas dengan proporsi lebih dari 60 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.

Dia memprediksi pada 2028-2031, ada lebih dari dua orang bekerja di usia produktif yang menanggung satu orang. Jumlah usia produktif diperkirakan akan mencapai angka 70 persen. Situasi ini sering dikaitkan dengan munculnya suatu peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hal itu disampaikan, Mukhlis saat menghadiri Milad Forum Komunikasi Generasi Muda Pidie (Fokusgampi) Banda Aceh yang berlangsung di Aula Lantai 4 Balai Kota Banda Aceh, Jumat malam (13/10/2023).

Pada kesempatan itu, dia mengatakan, dari kacamata ekonomi, bahwa bonus demografi adalah pertumbuhan ekonomi suatu negara karena perubahan struktur usia penduduknya. Intinya, bonus demografi terjadi ketika jumlah penduduk usia produktif (usia kerja) lebih banyak dari yang tidak produktif.

Namun kata Mukhlis, melimpahnya SDM yang produktif tidak akan bisa produktif apabila tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup dan sesuai dengan keterampilan dan bidang yang dikuasai. Karena itu, Pemerintah Aceh di bawah Pj Gubernur Achmad Marzuki kini tengah giat-giatnya mempersiapkan berbagai lapangan pekerjaan dan membuka kran investasi besar dan kecil baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

“Kita perlu segera menyiapkan generasi produktif memasuki bonus demografi yang strategis itu. Mendesak penyiapan generasi produktif andal, berkualitas dan berdaya saing harus dilakukan agar generasi kita tidak justru lebih banyak menjadi ‘penonton’ di negeri sendiri,” jelas Mukhlis.

Menurutnya, yang sangat penting adalah penyiapan generasi produktif di antaranya dengan membekali generasi muda. Generasi muda Aceh harus dilatih intens dipersiapkan untuk memiliki kemampuan dan keunggulan untuk menyiapkan hidup mereka di masa depan dengan kualitas dan daya saing tinggi.

“Kegagalan mempersiapkan generasi pada masa kini diprediksi akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah,” jelasnya.

Karena, bonus demografi menjadi kesempatan strategis dalam melakukan berbagai percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan dukungan SDM berusia produktif yang melimpah. Terlebih, pada tahun 2030 yang akan datang ada agenda besar pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Sejalan dengan itu, pemerintah pun telah mencanangkan visi Indonesia Emas tahun 2045 dengan harapan terciptanya generasi produktif yang berkualitas.

“Tugas kita pada dasarnya adalah mengintervensi, menciptakan lapangan pekerjaan melalui investasi. Jadi investasi baik menggunakan dana dalam negeri maupun luar negeri, termasuk mengundang modal asing masuk Indonesia itu sebetulnya adalah untuk menciptakan lapangan pekerjaan untuk generasi produktif,” jelas Staf Khusus Pj Gubernur Aceh ini.

Pemerintah memang dituntut untuk lebih berfokus dalam membangun lapangan pekerjaan agar bonus demografi bisa dimanfaatkan dengan baik. Bila bonus demografi gagal dimanfaatkan maka akan sangat berbahaya ketika masuk ke masa aging population atau masa di mana jumlah penduduk berusia tua lebih besar dari jumlah produktif.

Generasi muda Forum Komunikasi Generasi Muda Pidie (Fokusgampi) Banda Aceh pada khususnya dan Aceh pada umunya harus bisa menjadi bagian dari generasi produktif di Republik ini, dengan memanfaatkan peluang bonus demografi dan akan berperan lebih dalam pembangunan nasional di tahun 2045.

Menurutnya, banyak negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya, seperti Tiongkok yang pertumbuhan ekonominya sebelum bonus demografi menjadi 9,2 persen, Korea Selatan dari 7,3 menjadi 13,2 persen, Singapura dari 8,2 persen meningkat menjadi 13,6 persen dan Thailand dari 6,6 persen meningkat tajam menjadi 15,5 persen.

Melihat perkembangan negara lain ini perlu dicermati dengan sungguh-sungguh agar bonus demografi tersebut bisa dimanfaatkan Indonesia lebih baik dari negara lain. Karenanya perlu cara-cara untuk mengatasi bonus demografi.

Melihat pengalaman negara lain yang berhasil memanfaatkan bonus demografi, layaknya Indonesia sebagai negara yang besar penduduknya bisa memanfaatkan hal itu. Tentu, bukan hanya tugas pemerintah semata, masyarakat perlu memanfaatkan bonus demografi tersebut dengan baik agar generasi saat terjadinya hal tersebut bisa menjadikan negeri ini lebih baik dan berkembang.

Dia menjelaskan bahwa, pada 2030 Indonesia menjadi Negara terbesar ke-7 dalam hal jumlah penduduk. Usia Produktif tentu sangat berkaitan dengan kepemudaan. Oleh karenanya, peran pemuda sangat penting dalam membangun bangsa ini terlebih dalam bonus demografi. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER