Baktiya ( Waspada Aceh) – Karena trauma berat dipukul Ayahnya, akhirnya Hasanah,33, minggat dari rumah di Dusun Cot Gunci, Desa Matang Ulim, Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara, dan sudah 3 tahun tak kembali lagi.
Kepergian Hasanah secara tiba-tiba, bukan hanya menyisakan kesedihan dan misteri bagi keluarganya. Tapi juga menyisakan kepiluan yang sangat mendalam, lantaran Hasanah juga seorang yang nekad meninggalkan suaminya dan tiga anaknya yang masih kecil.
Kisah pahit ini diungkapkan ibu kandungnya, Syamsiah, 65, kepada Waspadaaceh.com, Minggu (11/11/2018) ketika mendatangi Kantor Persatuan Wartawan Aceh (PWA), di Jalan Samudera Kec. Banda Sakto Kota Lhokseumawe.
Syamsiah yang semula mencoba untuk tetap tegar dalam berbicara, ternyata tak juga mampu menyembunyikan kesedihannya dengan menahan linangan airmata.
Syamsiah mengatakan walau pun sudah lelah, dan terhitung sudah tiga tahun menghilang, namun setiap hari dia masih terus mencari dimana keberadaan anak perempuannya, Hasanah.
Karena Hasanah pergi tanpa meninggalkan pesan, hingga tidak tahu di mana keberadaannya atau tidak juga tahu kemana arah tujuannya sekarang.
Syamsiah menerangkan kronologis kejadian yang membuat Hasanah pergi dari rumah terjadi pada awal Tahun 2015 dan ternyata dipicu masalah pertengkaran rumah tangga.
Tanpa disadari pertengkaran itu akhirnya membuat ayahnya menjadi marah hingga melakukan pemukulan terhadap Hasanah. Namun ketika diminta untuk menceritakan kejadian secara detil, Syamsiah tampak enggan memperpanjang cerita dan tetap menjelaskan secara singkat saja.
“Hasanah pergi dari rumah karena tidak tahan dipukul ayahnya. Dia sempat bilang akan pergi karena merasa sakit dianiaya. Setelah itu Hasanah pun pergi dan tak pernah kembali lagi. Sudah tiga tahun saya mencari dia dan belum juga saya temukan,” paparnya.
Syamsiah mengaku pasca Hasanah, minggat, dirinya pun bercerai dengan suaminya M. A. Gani. Sehingga seluruh beban penderitaan pun harus ditanggung oleh Syamsiah, lantaran harus membesarkan tiga cucunya yang masih kecil dan suami Hasanah yang sudah sakit-sakitan.
Syamsiah menyebutkan pada tahun 2017, dia pernah mendapat kabar dari masyarakat desa, bahwa Hasanah sempat terlihat menjadi gelandangan yang mengemis di kawasan Kota Lhokseumawe.
Apalagi kaki sebelah kirinya juga mengalami cacat hingga Hasanah tampak pincang ketika berjalan. Kemudian pada awal tahun 2018, Syamsiah mendapat kabar dari saudaranya yang sempat melihat Hasanah sudah bekerja di salah satu toko Emas milik orang Tionghoa Kota Lhokseumawe.
Syamsiah berharap melalui media massa ini dapat membantunya menemukan keberadaan Hasanah.
“Oh anak ku Hasanah. Kumohon pulanglah, karena ayah sudah tidak ada lagi di rumah. Ingatlah, ketiga anakmu yang selalu bertanya dan rindu bertemu dengan ibunya, ” pintanya.
Karena berasal dari keluarga yang miskin, maka Syamsiah juga sempat bingung karena tidak memiliki foto Hasanah.
Tapi syukurnya E KTP milik Hasanah tidak ikut dibawa dan digunakan untuk menunjukkah ciri-cirinya pada setiap orang yang dijumpai Syamsiah. (b16)